Lihat ke Halaman Asli

Julie Chou

short strory author

Cerpen ǀ Sedemikian Rupa (Best Moment 2016)

Diperbarui: 17 Januari 2017   00:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: kfk.kompas.com

Jarum jamku bergerak ke kiri, memutar detik terbalik. Membawaku kembali pada lorong-lorong waktu yang baru saja aku tinggalkan. Menampilkan lagi potongan-potongan kisah yang baru saja kugulung bersama kalender lama.

Ini tahun baru, tapi kisahmu tetap itu?

Iya. Bagaimana lagi? Aku tidak bisa memungkiri bahwa bertemu dengan dia kembali seperti bermimpi dalam sebuah mimpi yang sangat panjang. Mimpi yang memiliki episode, seperti sinetron yang tak kunjung tamat. Mimpi, di mana saat aku sadari, ternyata aku masih tertidur, sedang bermimpi, dan tidak kemana-mana.

Ini tahun baru, ceritamu tetap itu?

Iya. Bagaimana lagi? Aku tidak bisa menyangkal bahwa dia, menjadi salah satu bagian baik sepanjang tahun kemarin. Meski aku tidak yakin, apakah itu bagian terbaiknya? Karena aku tidak punya bagian terburuk untuk membalik bagian terbaik, jika diperlukan.

* * *

"Masih suka ngemall sendiri?" Begitu lancangnya dia meletakkan tangannya di bahuku.

Aku membalikkan badan, mendongak, ilusi optik, fatamorgana, aku hampir mengucek mata untuk memastikan penglihatanku sendiri. Tetapi nyatanya, tanganku hanya diam, tidak ada gerakan, tidak ada mulut yang menganga. Hanya mataku yang terpejam beberapa detik dan helaan nafas panjang.

Dia tetap di sana, nyata, bukan karanganku, bukan ilusi optik. Dia tersenyum. Aah. Senyum itu.

"Kamu ngapain di sini?" Dia bertanya untuk kedua kali.

"Belanja." Akhirnya aku bisa membuka suara untuk pertama kali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline