Lihat ke Halaman Asli

Julie Chou

short strory author

Cinta, Tanah, Air

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1395983689309686502


Cinta adalah apa yang aku sering bertemu, tanpa menyapa. Tanpa bertanya dia siapa dan mau kemana. Cinta adalah dia yang berdiam menyimpan rahasia, dan aku di belakangnya. Bersama sejumlah manusia, setengah dewa, juga dewa yang mendewakannya. Cinta adalah ia, yang berlari, ia yang datang lagi.

Tanah adalah prolog dan epilog dari masing-masing drama yang dipentaskan semua orang. Dimana kita terlahir dan berakhir. Tanah adalah sebuah buku yang masing-masing pelaku bercerita.

Air adalah perputaran tetap, pergerakan yang berasal dari uap dan kembali menguap.

Kisah Cinta juga punya prolog dan epilognya. Kita tidak akan pernah mengerti bagaimana ia dimulai dan bagaimana nanti dia berhenti. Aku setuju denganmu, kita berjalan saja seperti air yang mengalir. Hanya saja kita tidak akan bisa menentukan bagaimana dan dimana dia berakhir.

Dan air, tidak sepenuhnya mengalir, sebagian menguap, tertahan di langit. Kadang menetes serupa embun, kadang hanya meggantung sebagai mendung. Seberapa banyak bagian kita yang masih mengalir? Seberapa bagian dari kita yang masih mampu berjalan hingga titik akhir?

#

Cinta adalah penamaan atas rasa yang mereka sendiri sering tidak yakin dengannya. Cinta adalah ia yang dibendakan hanya untuk mempermudah. Sementara yang sebagian merasa susah. Cinta adalah ia yang setiap orang punya arti sendiri-sendiri atasnya.

Cinta adalah ia yang bisa membuat seseorang tangguh dan runtuh. Cinta adalah tantangan terbesar yang tak butuh ditaklukkan. Bahkan aku masih tidak mengerti seperti apa rupanya saat aku menggambarnya. Tidak mengerti harus aku beri warna apa. Cinta adalah hal rumit yang tak pernah ingin aku temui jawabannya.

Tanah dan Air adalah sesuatu yang saling membutuhkan, meski tanpa sadar masing-masing saling ingin menguasai. Ibarat aku tanah, cinta menghampiriku seperti embun. Setiap tetesnya menyejukkan. Ibarat aku tanah, cinta meniadakanku serupa hujan, mengikisku pelan-pelan.

(Cinta, kemarin aku mirip pejuang, yang hari ini kalah perang. Kali ini aku hanya ingin menunggunya siang malam… datang dan rebah di pangkuan. Aku percaya dia akan datang pelan-pelan…)

- Julie, penghujung Maret 2014-

###

sumber gambar : kulihatkurasakudengar.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline