Bukan rahasia jika sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang memberikan kontribusi pada perdagangan internasional melalui ekspor. Selama ini primadona komoditas ekspor nasional banyak didominasi oleh produk perkebunan seperti Karet alam, Kelapa Sawit, Biji Kopi, dan Kakao.
Ternyata jika ditelisik lebih dalam, masih banyak sekali produk pertanian baik perkebunan maupun non perkebunan yang memiliki potensi luar biasa sebagai komoditi penyumbang devisa.
Menurut data FAO, Indonesia merupakan salah satu produsen serabut kelapa tertinggi di dunia. Misalnya, pada tahun 2017 lalu kontribusi Indonesia mencapai 31% atau sebesar 18,98 juta ton menempati posisi pertama produsen serabut kelapa dunia mengalahkan Filiphina dan India dengan selisih yang cukup signifikan. Hal ini merupakan sebuah keungggulan komparatif yang harus dimanfaatkan sebagai senjata baru untuk berkiprah di pasar internasional.
Lonjakan Permintaan Serabut Kelapa di Pasar Internasional
Dilansir dari Kanal Resmi Kementrian Pertanian RI, mengungkapkan ekspor serabut kelapa atau yang dikenal dengan coco fibre, coir fiber, coir yarn, coir mats, and rugs di pasar internasional sangat prospektif untuk ditingkatkan. Hal ini seiring dengan meningkatnya permintaan produk turunan kelapa di pasar global sebagai bahan baku industri.
Data Kementrian Perdagangan menunjukkan pada periode Januari-April 2020, ekspor serabut kelapa mencapai 1,5 ribu ton atau senilai 8 Miliar Rupiah dengan tujuan utama Tiongkok. Kemudian diikuti oleh negara Jepang, Korea Selatan, Sri Lanka dan Jerman sebagai pelanggan pasar global produk coco fibre. Fenomena ini menggeser stigma yang berkembang di masyarakat bahwa serabut kelapa dulu kerapkali dianggap limbah yang tidak bernilai ekonomi, kini malah mampu menyumbang devisa bagi perekonomian.
Tingginya permintaan serabut kelapa di pasar global akibat perkembangan teknologi dan kesadaran konsumen untuk kembali ke bahan alami atau istilah kerennya "back to nature". Kini produksi karpet, jok, dashboard kendaraan, kasur, bantal mengandalkan serabut kelapa sebagai bahan baku utama. Bahkan pada beberapa negara maju serabut kelapa juga digunakan sebagai pengendali erosi. Hebat Bukan ?
Sertifikasi 100 ton Serabut Kelapa asal Jawa Barat
Kementrian Pertanian (Kementan RI) melalui Badan Karantina Pertanian melakukan sertifikasi terhadap 100 ton serabut kelapa produksi asal Jawa Barat tujuan China. Total nilai ekspor serabut kelapa yang berasal dari Petani Kabupaten Tasikmalaya, Ciamis, dan Pangandaran ini mencapai 396 juta Rupiah.
Kepala Karantina Pertanian Tanjung Priok, Purwo Widiarto menyerahkan langsung sertifikat kesehatan tumbuhan atau Phytosanitary Certificate (PC) sebagai persyaratan protokol ekspor negara tujuan kepada PT. Nusantara Sukses Sentosa di Depo DNS Cakung, Jakarta Utara. Penyerahan ini dilaksanakan dengan tetap memperhatikan protokol pencegahan penyebaran covid-19.
Produksi serabut kelapa sawit tidak boleh terhambat adanya pandemi. Hal ini senada dengan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang berulang kali menyampaikan kegiatan produksi pertanian terus berjalan. Mentan RI memastikan masyarakat bahwa ketersediaan pangan tetap aman selama pandemi ini berlangsung.