Barangkali kita melangkah terlalu jauh, hingga ciptakan jutaan luka.
Barangkali angan kita melampaui batas, hingga korbankan semesta.
Barangkali perut kita banyak menuntut, hingga semua dihabisi, nyaris tanpa sisa.
Dan barangkali-barangkali lainnya, hingga Jakarta menderita.
Diri bahkan tak sanggup berandai, apabila tuanku Fatahillah masih hidup, bagaimana kecewanya merupa.
Kota yang pernah diperjuangkan ratusan tahun silam, kini meronta-ronta.
Apakah tuanku pernah sangka?
Jayakartamu dulu telah jadi kota mega-metropolitan, hutannya adalah hutan beton, ladangnya adalah ladang bisnis.
Sejarah jadi saksi, betapa Jakarta telah korbankan semua yang ia miliki.
Lahannya dirampas, Air bersihnya dihabisi, udaranya tercemari.