Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Masyarakat Pengamat

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam kondisi saat sekarang ini, siapapun itu dituntut untuk mampu berfikir dan mencerna dengan baik apa sebenarnya yang tengah terjadi. Jangan sampai kadar emosi pada masing-masing kutub semakin hari semakin berada tingkat yang mengkhawatirkan. Kemudian terjadilah perpecahan masif. Kondisi seperti itu harus sama-sama kita dihindari.

Fakta yang kita temui sekarang adalah aroma persaingan kedua kubu koalisi sudah sangat menyengat. Masing-masing pihak senantiasa mengarahkan masyarakat untuk memilih jagoan yang diusungnya. Apakah itu Prabowo-Hatta atau Jokowi-JK. Bahkan tindakan-tindakan kotor untuk saling menjegal tidak terelakkan. Mainnya semakin kasar dan tidak santun. Sebuah situasi yang normal-normal saja dalam konteks menjelang pemilu.

Fokusnya adalah sikap yang semestinya dapat diambil oleh rakyat. Apakah terbawa arus kegilaan masing-masing tim sukses atau mencerna setiap trik kampanye yang coba ditawarkan. Artinya adalah masyarakat sipil yang tidak berada dalam gerbong tim sukses salah satu pasang calon harus mampu manganalisis dengan cermat calon mana yang pantas untuk dijadikan pimpinan bangsa ini.

Atas dasar itu, kemampuan untuk melihat situasi yang sedang terjadi pada masa-masa seperti ini menjadi sangat krusial. Jangan kita seperti kotoran yang mengapung-apung bebas di derasnya aliran sungai. Kemana arah air membawa ke sana kita hinggap. Tetapi jadilah kita sebagai masyarakat pengamat. Tidak diterima saja apa yang disodorkan kepada kita tentang salah satu calon presiden atau wakilnya.

Terlebih kaum intelektualitas. Terkhusus mahasiswa. Jadilah sosok mahasiswa yang memiliki alasan yang kongkrit kenapa dia jatuhkan pilihan kepada salah satu pasangan yang ada. Jangan hanya pandangan-pandangan beberapa orang yang kemudian dijadikan sebagai landasan. Ingat! Psywar itu kini tengah bersemayam di ruang-ruang kehidupan kita. Mengintimidasi, membuat kita semua bingung, dan terbolak-balik. Tidak tahu lagi kebenaran yang mana. Entitas sentralnya jelas dunia maya dengan media sosialnya.

Oleh karena itu, pemilihan presiden yang masih menyisakan waktu 40 hari lagi. Cukup banyak kesempatan yang dapat kita gunakan dan manfaatkan untuk menetapkan hati memilih pasangan yang mana. Pikirkan berdasarkan akal sehat dan apa yang sebenarnya yang menjadi keinginan kita bersama untuk negara ini. Jangan sampai kita kembali keliru memilih orang. Jika itu terjadi maka kita akan kembali berada pada kotak hitam penuh kenikmatan sejenak. Tanpa kita sadari orang-orang di luar sana mengintai dan menunggu kehancuran kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline