Selama hampir 2 tahun buka usaha bersama suami, akhirnya resmi hampir sebulan ini kami punya karyawan baru di toko. Masih satu tapi cukup membuat kami bangga. Sebelumnya, kami sudah punya satu asisten rumah tangga yang menjaga anak kami di rumah yang bisa kami pantau setiap saat. Bagaimana tidak, ini adalah awal untuk sebuah lonjakan. Ya, kami punya target selanjutnya. Tentang mimpi-mimpi, rencana akan dibawa kemana usaha ban mobil dan onderdil Wiyono Putro ini.
Saya dan suami pernah menjadi karyawan di sebuah perusahaan selama bertahun-tahun. Kemudian kami berdua sepakat resign bareng-bareng untuk buka usaha bersama. Ini juga sebuah keputusan besar, mengingat kami masih buta tentang dunia usaha. Namun kami berdua meyakininya. Sebagai langkah awal, kami pindah ke pinggiran kota Yogya dan menetapkan daerah Gunung Kidul sebagai lokasi usaha kami. Kalau selama ini ada pemikiran bahwa membuka usaha itu harus di kota besar, kami justru membalik mindset itu. Di pinggiran kota masih banyak peluang usaha kalau kita mau mengolah. Mbabat alas istilahnya.
Keuntungan membuka usaha di daerah kecil, lebih tepatnya di desa, salah satunya adalah belum banyak kompetitor. Kalaupun ada, masih bisa dihitung dengan jari. Belum lagi letak geografis Gunung Kidul yang sangat luas, membuat pengusaha masih punya banyak kesempatan meraih pasar sebanyak-banyaknya. Fakta membuktikan, selama ini masyarakat Gunung Kidul harus menempuh jarak puluhan kilometer ke kota Yogya untuk sekedar mengganti ban mobil. Bisa dibayangkan kan berapa biaya untuk bahan bakar kendaraannya, belum untuk jajan. Nah, peluang inilah yang kami ambil. Terbukti, masyarakat sekitar merasa diuntungkan dengan keberadaaan usaha kami. Mau pasang ban, mau balancing, mau cari ban vulkanisir, mau vulkanisirin ban atau sekedar cari onderdil mobil tidak perlu jauh-jauh lagi. Lebih hemat dan efisien. Mengirit ongkos.
Lalu, kenapa kami pilih usaha ban dan onderdil mobil juga ada alasannya. Kalau usaha ban motor dan onderdil motor disini sudah cukup banyak. Selama ini, orang malas berjualan ban mobil karena modalnya besar tapi untungnya sedikit. Memang benar, contohnya saja ban truk dengan modal katakanlah 1,2 juta untuk 1 ban, keuntungan yang diraih tidak sampai 3 persen. Mana tahan ? Tapi justru ini peluangnya. Karena banyak yang kurang berminat, kami ambil kesempatan itu karena walaupun untungnya cuma sedikit kalau omsetnya banyak kan bisa muter juga uangnya. Walaupun modal awal ya cukup banyak juga, tapi selama ada pinjaman uang kan nggak masalah ? Yang penting secara pelan tapi pasti usaha ini bisa berjalan.
Kenapa juga kami pilih Gunung Kidul ? Bukankah selama ini daerah Gunung Kidul terkenal sebagai daerah yang gersang, tandus dan kekurangan air ? Mana mungkin bisa berkembang buka usaha disana ? Hm..kalau masih banyak anggapan seperti itu, berarti Anda salah besar. Gunung Kidul sudah tidak seperti yang digambarkan tadi. Disana sudah banyak pohon-pohon yang rindang yang membuat daerah ini subur menghijau. Air juga sudah gampang didapat karena memang sudah banyak air sumur dan air PDAM. Pertumbuhan ekonominya juga sudah sangat baik, terbukti jumlah mobil semakin bertambah tiap tahunnya. Maklum, orang Gunung Kidul terkenal sebagai orang yang ulet dan pekerja keras. Kebanyakan perantau dari Gunung Kidul mampu menorehkan kesuksesan buat keluarganya.
Dan kami bersyukur, setiap bulannya usaha kami selalu ada perkembangan omset, pertambahan pelanggan dan kemajuan yang cukup signifikan. Karena itulah, kami merasa perlu mulai mengangkat karyawan untuk membantu kelancaran usaha kami. Karena rencananya, kami akan melebarkan sayap tidak hanya duduk menunggu di toko saja namun juga akan keliling sebagai upaya lebih mendekatkan diri kepada pelanggan untuk pemenuhan segala kebutuhan mereka dan juga sebagai promosi terselubung karena ternyata masih banyak yang belum tahu tentang usaha kami. Ke depannya, kami juga berencana akan membuka jasa panggilan pasang ban dan balancing ke rumah pelanggan. Bisakah ? Apa sih yang nggak bisa..semua pasti bisa kalau memang sudah niat.
Jadi, saat ini kami sedang menikmati suka duka menjadi seorang pengusaha di pinggiran kota. Jelas nggak gampang awalnya. Tapi sejauh ini kami sudah punya pandangan yang berbeda saat menjadi karyawan dulu dan saat menjadi pengusaha sekarang. Setelah punya usaha sendiri, kami terbiasa membuat keputusan sendiri, berpikir kreatif, belajar tentang product knowledge baru, menganalisa pasar, bersaing dengan kompetitor, mencari penyupli barang yang terbaik dan termurah, mengelola hutang untuk usaha, seleksi karyawan..wah..banyak sekali kegiatan yang tadinya tidak ada dalam bayangan kami saat masih menjadi karyawan. Dan yang paling penting kami tetap menjaga profesionalitas walaupun sebagai suami istri. Saat di toko, saya adalah seorang staf administrasi, merangkap bagian penjualan, sebagai staf marketing juga, mengelola keuangan dan suami saya sebagai bos sekaligus staf teknisi, staf gudang dan membantu bagian penjualan juga. Sedangkan saat di rumah, kami adalah suami istri yang bersama-sama mendidik anak semata wayang kami. Jadi kalau lagi berantem di rumah, di toko tetap profesional seolah-olah sudah baikan, sampai di rumah berantem lagi hehe..nggak ding..
Dan enaknya lagi, usaha di pedesaan membuat kami semangat tiap hari karena suasananya yang asri, jauh dari macet dan stress, adem ayem pokoknya. Segala sesuatunya selalu kami syukuri. Dan kami lebih menikmati detik demi detik waktu yang berjalan. Hari ini selalu berbeda dengan hari kemarin atau besok. Begitu bervariasi dan penuh warna hidup ini rasanya. Pokoknya bedalah..kalau nggak percaya cobalah..Buka usaha di daerah pedesaan. Pasti asyik. Menurut saya sih, kalau masih banyak orang yang menambah sesak kota tanpa pekerjaan yang jelas, lebih baik pulang ke desa, buka usaha, membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Semua orang bisa kok. Soal modal bisa dicari yang penting punya niat dulu, perencanaan yang matang pasti akan ada jalan kalau mau berusaha. Ok..sekian dulu ya..lain kali disambung lagi dengan cerita bisnis yang lain. Ada yang nanya harga ban nih, mudah-mudahan jadi beli hehe..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H