Lihat ke Halaman Asli

Juliastri Sn

MomBloggerPreneur, Content Creator and Podcaster at Laughing with Juliastri Sn

Surat dari Panti Jompo

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

[caption id="attachment_150543" align="aligncenter" width="276" caption="Gambar dipinjam dari www.4.bp.blogspot.com"][/caption] Anak-anakku,

Saat ini ibu sudah tenang tinggal di Panti Jompo. Kalian tidak perlu risau dengan keadaaan ibu, karena sudah ada yang mengurus ibu disini. Ibu pun sudah punya banyak teman yang senasib dengan ibu di panti ini. Tak perlulah kalian merasa bersalah dengan tindakan kalian yang memasukkan ibu di tempat ini. Tindakan kalian sudah tepat, sangat tepat karena ibu tidak kesepian lagi disini. Ada banyak teman untuk saling berbagi cerita. Bukankah kita semua sudah sepakat kalau ini cara terbaik yang dipilih untuk kebaikan semuanya ?

Ibu tidak merasa kalian telah membuang ibu disini. Justru ibu merasa bisa beristirahat dengan tenang. Ibu tidak ingin menjadi beban bagi kalian semua yang saling bertanya giliran siapa yang akan menampung ibu di rumah megah kalian. Dan kalian tidak perlu khawatir anak-anak kalian salah didikan hanya karena ibu terlalu kolot mendidik cucu. Kita tidak pernah sepaham dalam mendidik anak, padahal dulu ibu mendidik kalian persis seperti apa yang ibu terapkan kepada anak-anak kalian, cucu-cucu ibu. Kalian lebih percaya dengan majalah, internet dan apa kata orang daripada ibu kalian sendiri. Tak apalah, kalian sudah lebih pintar dari ibu. Mungkin juga jaman yang sudah maju, tidak relevan lagi dengan cara didikan ibu yang ketinggalan jaman.

Anak-anakku,

Ibu sangat senang dan bersyukur kalian semua sudah menjadi orang yang mapan. Yang mempunyai kedudukan penting di tempat kerja kalian masing-masing. Ibu bangga, karena segala perjuangan ayah dan ibu dulu tidak sia-sia dalam membesarkan kalian. Tentunya ayah di surga bisa tersenyum bahagia melihat keberhasilan kalian semua.

Tapi, ibu juga khawatir dengan segala waktu yang kalian gunakan dalam bekerja setiap hari. Kalian sudah bangun pagi-pagi sekali saat anak-anak kalian masih terlelap tidur. Demikian pula denga suami ataupun istri kalian. Semua memilih jalannya meniti karier yang tertinggi. Kemudian kalian akan pulang saat hari sudah gelap, dan menyaksikan anak-anak kalian telah terlelap tidur. Mereka, anak-anak kalian, cucu-cucuku tersayang hanya tinggal dengan pembantu selepas usai sekolah. Mereka hanya punya waktu sempit bertemu dengan kalian saat kalian libur, itupun jika kalian tidak kelelahan ataupun saat tidak ada acara dengan relasi kerja kalian di hari libur. Ah..kalian melewatkan banyak momen penting dalam perkembangan anak-anak kalian.

Memang, kalian mampu memberikan pendidikan yang terbaik buat mereka. Melengkapi semua kebutuhan mereka dari pakaian, mainan dan makanan yang lebih dari cukup. Tapi kalian lupa, mereka bukanlah robot yang akan menurut diberi ini itu. Mereka juga berhak kasih sayang dari kalian yang sangat terbatas. Ibu mohon, jangan batasi kasih sayang kalian untuk mereka ya ? Sungguh, sebenarnya ibu ingin sekali menemani hari-hari mereka daripada hanya didiamkan saja oleh pembantu-pembantu kalian.

Anak-anakku,

Ibu tidak pernah menuntut kalian untuk membalas semua perjuangan yang telah ibu lakukan bersama ayah kalian dalam membesarkan kalian. Tidak. Sudah menjadi kewajiban ayah dan ibu sebagai orang tua kalian mendidik, memberikan pendidikan dan kebutuhan selayaknya. Kalian harus jadi orang yang lebih baik pendidikannya dari ayah ibumu ini yang hanya sampai bangku SMP. Tak peduli saat itu ayah harus membanting tulang berjualan apa saja dan ibu rela bekerja apa saja dari menjadi babby sitter, memasak di kost-kostan atau menjadi buruh cuci dan setrika pakaian sekalipun. Semua ayah dan ibu lakukan dengan tulus ikhlas demi tanggung jawab kami untuk penghidupan yang lebih layak bagi kalian.

Ibu pun tahu, saat kalian masih kecil, harus korban perasaan saat ada beberapa teman kalian yang menghina pekerjaan ayah dan ibu kalian. Tak apa, kalian jadi kuat karena itu. Walaupun awalnya, ibu tidak pernah tega melihat air mata yang kalian sembunyikan dari ibu. Ibu tahu, kalian menangis karena malu orang tua kalian bukan pejabat atau seorang pengusaha besar yang penuh limpahan materi. Tak apa, toh orang tua kalian bukan maling, pengemis atau orang yang bekerja dengan merampas hak orang lain. Kami bekerja apa saja yang kami bisa, seijin Tuhan yang selalu membimbing kita. Halal, itu yang kami cari, nak..

Melihat kalian bisa hidup layak seperti sekarang saja ibu sudah sangat bahagia. Tak ada lagi barang duniawi yang ingin ibu miliki. Toh, ibu hanya tinggal menunggu waktu dipanggil sang khalik. Ibu hanya ingin kalian pun bisa bahagia di dunia dan akhirat nanti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline