Lihat ke Halaman Asli

Juliastri Sn

MomBloggerPreneur, Content Creator and Podcaster at Laughing with Juliastri Sn

Duh..Susahnya Jadi Kupu-kupu..

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perjalanan hidup manusia tak ubahnya seperti fase hidup seekor kupu-kupu yang berasal dari telur kemudian menetas menjadi larva dan berkembang menjadi seekor ulat. Selanjutnya ulat "bertapa" menjadi kepompong yang pada akhirnya berhasil menjadi seekor kupu-kupu nan cantik. Sebuah proses yang panjang dan tidak mudah. Butuh perjuangan dan kemauan yang keras. Tak ada istilah instant disini, yang maunya asal jadi dalam waktu yang singkat.

Adalah pilihan hidup kita untuk menjalani fase hidup yang seutuhnya atau sekedarnya saja. Dalam arti, misalnya  kita ingin seperti seekor kupu-kupu yang cantik, bisa terbang, dinantikan kembang-kembang, ya kita harus rela menjalani proses metamorfosis yang panjang. Mampukah kita menahan emosi kita saat kita seperti ‘ulat', banyak orang yang tidak menginginkan kehadiran kita karena ngeri, gila, jijik hanya karena melihat bentuknya saja ?

Saat orang lain menghina keberadaan kita hanya karena penampilan yang jelek, ketiadaan uang yang cukup, kepandaian kita yang terbatas, mampukah kita bertahan untuk tetap maju dan memperbaharui hidup kita ?. Anggap saja, saat kita menjadi ulat, orang belum tahu apa yang akan terjadi nantinya. Yang dilihat adalah yang sekarang terlihat. Under estimated, mungkin itu yang bisa membuat orang bahagia.

Sekarang, cukup puaskah kita jika hanya menjadi seperti ulat saja ? Mampu bertahankah kita dengan semua hinaan, ejekan, cemoohan yang memojokkan kita ? Atau kita kemudian bertekad akan menjadi pribadi yang lebih baik dengan merenung, mencoba merefleksikan apa yang menjadi tujuan hidup kita.

Seekor ulat pun jika itu ulat sutra, orang mau bilang apa ? Dengan sedikit olahan, benang dan kain sutra menjadi sangat mahal harganya dan menempati kelas exclusive.  Ini artinya, sejelek apapun tampilan luar kita jika kita mempunyai kualitas yang bisa diandalkan, maka kita akan banyak dibutuhkan dan bisa menjadi aset yang sangat berharga. Yang paling penting disini, kita bisa melihat potensi diri kita dan mengembangkannya. Apapun itu, jika kita fokus dan berkemauan yang kuat, semua pasti akan menemukan jalan yang terbaik.

Aku  punya sedikit pengalaman mengenai hal ini. Waktu aku masih kecil, aku adalah pribadi yang sangat pemalu dan minder. Nggak tahu kenapa, aku begitu takut bertemu dengan orang lain. Seakan-akan aku punya pikiran bahwa orang yang aku temui selalu menganggap  aku jelek, dan tidak ada sesuatupun yang bisa aku banggakan. Jika ada tamu yang berkunjung ke rumah, aku selalu sembunyi di dalam kamar.

Aku  merasa takut untuk diabaikan. Jangan-jangan nanti aku dicuekin, atau ditanya-tanya yang aku tidak bisa menjawab dan segala ketakutan yang aku ciptakan sendiri. Kebiasaan jelek ini berlangsung cukup lama hingga aku ketemu dengan seseorang yang sangat respect dan memandang positif  diriku secara apa adanya. Mulai saat itu percaya diriku tumbuh dan menyesali betapa bodohnya aku dengan pikiranku sendiri.

Berapa kesempatan, peluang yang terbuang sia-sia hanya karena aku sibuk dengan pikiran jelekku yang belum tentu orang lain berpikiran sama denganku. Dari situ, aku mulai bertekad untuk  mengembangkan kepribadianku lebih baik lagi. Anggap saja masa perenunganku adalah masa ‘kepompong' untuk menjadi kupu-kupu yang sangat indah.

Menjadi seperti kepompong, adalah sebuah pilihan yang sangat sulit. Tertutup rapat, menutup diri dari dunia luar, merefleksikan diri dan tahan dari godaan lapar, hiburan dan segala macam hal yang biasa kita lakukan. Sangat berat. Dibutuhkan kekuatan yang luar biasa untuk itu. Hanya dua pilihan yang akan terjadi, berhenti atau terus. Saat berhenti, kepompong akan menjadi kering dan mati lalu bukan apa-apa lagi bahkan lebih memalukan dari seekor ulat, yang berarti adalah sebuah kemunduran.

Namun jika terus, lihatlah apa yang terjadi. Seekor kupu-kupu nan elok. Buah dari kerja keras. Tak henti pujian akan deras mengalir, kehadirannya sangat dinanti-nanti untuk menyemarakkan suasana, dan dirindukan bunga-bunga untuk membantu penyerbukannya. Hmm..indah bukan ? Ingatkah orang-orang bahwa kita dulu adalah seekor ‘ulat' ?

Orang cenderung akan melihat hasil akhir saja, mereka tak mau tahu tentang proses. Mereka sudah lupa dengan hinaan yang pernah mereka lontarkan kepada seekor ulat. Saat ini mereka hanya sibuk memuji seekor kupu-kupu cantik yang terbang kesana-kemari. Terbuaikah kita dengan pujian itu sehingga kita akan terbang tinggi dan tak mau menginjak bumi lagi yang pernah letih ditapaki saat menjadi ulat dan kepompong ? Entahlah, semuanya terserah kepada Anda. Semua pilihan, ada di tangan Anda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline