Lihat ke Halaman Asli

Juliarni Clarisa Rajagukguk

Guru - SMK - Teknik Instalasi Tenaga Listrik

Studi tentang Interaksi Antara Polusi Suara dan Kesehatan Satwa Liar

Diperbarui: 9 September 2024   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Interaksi Antara Polusi Suara dan Kesehatan Satwa Liar: Sebuah Studi

Polusi suara, sering kali diabaikan dalam perbincangan mengenai lingkungan, merupakan salah satu bentuk gangguan yang dapat berdampak serius pada ekosistem, terutama bagi satwa liar. Polusi suara, yang umumnya berasal dari aktivitas manusia seperti lalu lintas, industri, pembangunan, dan kegiatan rekreasi, menciptakan gangguan signifikan terhadap komunikasi, perilaku, dan kesejahteraan satwa liar.

 1. Pengaruh Polusi Suara terhadap Komunikasi Satwa Liar

Banyak spesies satwa liar, terutama burung, mamalia laut, dan serangga, sangat bergantung pada suara untuk berkomunikasi. Burung, misalnya, menggunakan kicauan untuk menarik pasangan, menandai wilayah, dan memperingatkan bahaya. Mamalia laut seperti paus dan lumba-lumba menggunakan gelombang suara untuk navigasi, komunikasi, dan berburu. Ketika polusi suara hadir, frekuensi dan intensitas suara buatan manusia dapat mengganggu atau menutupi suara alami satwa, menyebabkan kesulitan dalam mencari makanan, menemukan pasangan, atau menghindari predator.

Penelitian menunjukkan bahwa beberapa burung di daerah perkotaan harus mengubah nada dan frekuensi kicauan mereka agar dapat terdengar di atas kebisingan latar belakang. Perubahan ini dapat berdampak pada keberhasilan reproduksi mereka. Mamalia laut, yang sangat bergantung pada echolocation, juga mengalami masalah besar akibat kebisingan dari kapal dan pengeboran laut.

2. Dampak Polusi Suara pada Perilaku dan Fisiologi Satwa Liar

Polusi suara tidak hanya memengaruhi komunikasi, tetapi juga perilaku dan fisiologi satwa liar. Banyak hewan yang menunjukkan peningkatan tingkat stres saat terpapar kebisingan yang berlebihan. Penelitian pada mamalia darat menunjukkan bahwa kebisingan kronis dapat menyebabkan peningkatan produksi hormon stres (kortisol), yang dalam jangka panjang dapat mengganggu fungsi kekebalan tubuh dan mengurangi peluang bertahan hidup.

Pada beberapa spesies, kebisingan buatan dapat memicu perilaku menghindar. Misalnya, satwa liar di dekat jalan raya atau kawasan industri sering kali mengubah pola gerak mereka untuk menghindari area yang bising. Namun, ini sering kali menyebabkan hilangnya habitat yang ideal dan meningkatkan risiko kelaparan atau serangan predator. Di beberapa ekosistem laut, kebisingan dari sonar militer dan kegiatan industri telah terbukti menyebabkan mamalia laut seperti paus terdampar.

3. Efek pada Siklus Tidur dan Pemulihan Satwa Liar

Polusi suara juga dapat mengganggu siklus tidur satwa liar. Seperti halnya manusia, banyak hewan memerlukan tidur yang berkualitas untuk pemulihan dan menjaga kesehatan fisiologis. Kebisingan yang terus-menerus dapat menyebabkan gangguan tidur, yang pada gilirannya memengaruhi fungsi kognitif, koordinasi, dan kemampuan bertahan hidup satwa liar. Pada hewan nocturnal, suara buatan pada malam hari dapat mengganggu aktivitas pencarian makan dan pergerakan mereka, mengurangi kesempatan mereka untuk mendapatkan makanan.

4. Kesimpulan dan Langkah Mitigasi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline