Lihat ke Halaman Asli

Seksualitas Para Lajang (1)

Diperbarui: 29 November 2015   16:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

SEKSUALITAS PARA LAJANG

Julianto Simanjuntak

Salah satu tantangan terbesar bagi kita pada saat ini adalah integritas dalam hal seksualitas. Baik bagi yang sudah menikah maupun bagi yang lajang. Di satu sisi ada sebagian orang yang dengan sukarela menjadi lajang tapi sebagian lain merasa terpaksa (pisah hidup ataupun karena kematian).

 Perlu kita sadari bahwa tidak semua para lajang punya daya iman, penguasaan diri dan kepribadian yang kuat menghadapi godaan di bidang seks. Dalam pengalaman di ruang konseling kami, sebagian klien  bergumul dengan adiksi masturbasi, dan kecanduan pornografi yang membawa rasa bersalah tiada henti. Ada yang merasa bersalah karena mudah jatuh cinta dan tertipu dengan rayuan pria atau wanita yang baru saja dikenal.  Sebagian lain merasa bergumul untuk mengatasi perasaan hasrat seksual dan harus berjuang menahan nafsu untuk tidak ke tempat pelacuran. Terutama mereka yang bekerja sebagai supir, pilot, pelaut atau mereka yang bekerja di bidang marketing dan sering keluar kota.

 

Tidak jarang, bagi klien kami pengalaman ini sangat mengguncangkan jiwa dan terkadang merasa bergumul dalam kesepian yang  mendalam, karena pada akhirnya tetap harus sendiri lagi.

 

Mahluk Seksual

 

Kita pada dasarnya adalah manusia seksual, dan apa yang kita lakukan memiliki implikasi seksual. Kita tidak bisa menyangkali, atau berpura-pura seolah kita tidak butuh seks. Makin kita menyangkal dan merasa seolah tidak butuh, kita makin tertekan.

 

Seksualitas setiap orang perlu diekspresikan dalam kapasitas untuk mencintai dan dicintai. Tapi tidak semua pengalaman keintiman atau saling mencintai harus berakhir dalam relasi seks atau dalam pernikahan. Maksud saya, bahwa mencintai dan membangun relasi yang intim tidak selalu membutuhkan relasi genital. 

 

untuk meengembangkan seksualitas yang sehat sebagai lajangm maka Anda  perlu mengembangkan banyak relasi yang sehat, atau persahabatan yang utuh dan saling peduli.  Mengembangkan hubungan yang saling menyayang, tetapi tanpa hubungan seksual. 

 

Seksualitas para lajang diekspresikan dalam kebutuhan untuk mengalami pemenuhan emosional. Persahabatan yang hangat dan memuaskan menjadi cara yang sah bagi Anda yang lajang untuk mengekspresikan seksualitas. Seksualitas para  lajang diekspresikan dalam pembelajaran untuk menerima dan mengendalikan perasaan seksualnya. 

 

Anda tidak perlu menyangkali atau menekan perasaan seksualmu. Saat seseorang mencoba menyangkali perasaan ini, sama saja berarti mencoba melepaskan diri dari sisi kemanusiaan kita. Tidak baik bagi kita untuk menyangkal bahwa hasrat seks ada dan wajar dalam kehidupan kita pribadi. 

 

Jauh lebih baik menerima perasaan tersebut. Jangan berpura-pura seolah anda tidak butuh. Jangan. Belajarlah mengakuinya, tapi bukan berarti melakukannya. Jangan sampai Perasaan seksual yang mengendalikan kita, tapi kitalah tuan atas hasrat tersebut. Dalam anugerahNya, dan kepribadian yang matang, gairah seksual itu bisa dikontrol. 

 

ingat melampiaskan nafsu dan tidur sembarangan dengan orang yang bukan pasangan Anda justru akan menyiksa. Senang awalnya, tapi akan susah seterusnya. Ingat, persetubuhan seksual menciptakan ikatan “satu daging”  yang misterius dan unik. Maksudnya,  hubungan seks akan menciptakan suatu penyatuan diri yang sangat kuat. 

 

Ingat, hubungan seks sesuatu yang jauh lebih daripada hubungan fisik. Ia mengikat emosi dan hati. Relasi itu menyentuh jauh ke dalam jiwa setiap orang dan menghasilkan penyatuan yang amat dalam. Apa yang menyentuh tubuh akan menyentuh jiwa juga. Hubungan seksual adalah tindakan diri seutuhnya yang mempengaruhi diri seutuhnya. Relasi seksual menjadi pertemuan pribadi antara pria dan wanita dimana tiap masing-masing melakukan sesuatu kepada yang lain, untuk kebaikan atau sebaliknya, dan itu takkan terhapuskan. 

 

Jadi alasan dibalik larangan Berhubungan seksual bagi yang belum menikah jauh melampaui soal risiko kehamilan atau penyakit kelamin. Seks genital diluar pernikahan adalah salah “karena itu melanggar realitas terdalam dari tindakan itu; Tindakan itu  salah karena orang yang tidak bermaksud menikah telah dengan sengaja mengikatkan diri. 

 

Jadi, penyatuan tubuh TANPA MAKSUD menyatukan hidup, melanggar sifat alami dari pernikahan. Persetubuhan menandai – penyatuan hidup; dan penyatuan hidup berarti pernikahan. Ini akan meninggalkan perasaan frustasi dan ketidakpuasan tersembunyi – walaupun tidak pernah disadari.  Upaya melibatkan diri dalam tindakan menyatukan tubuh tanpa maksud menyatukan hidup hanya akan melukai jiwa didalamnya.  Luka seperti itu sering membusuk dan menjadi infeksi sehingga meracuni keseluruhan kehidupan emosi dan rohani pelakunya.

 

Apakah  realitas persetubuhan terikat sama sekali tidak bisa diubah? Oh tentu saja bisa diubah, tapi membutuhkan jamahan Tuhan yang menyembuhkan. Pemulihan adalah sesuatu yang mungkin, asal Saudara mau memberi diri terbuka dan disembuhkan. Anugerah Tuhan dapat mengalir ke dalam jiwa yang terluka, menyembuhkan dan memulihkan. Untuk itu Anda perlu mencari bantuan konselor yang penuh belas kasih dan empati – seseorang yang berpengalaman dalam pelayanan pendampingan, dan siap menolong Anda hingga bebas dari ikatan tadi. Syaratnya, Anda  harus terbuka dan mau menyelesaikannya. mengungkapkannya secara terbuka, dan siap untuk tidak mengulanginya.

 

 Fantasi Seksual

 

Masalah Kebenaran seksual adalah masalah yang jauh lebih dalam daripada hanya menghindari seks diluar pernikahan. Tak jarang kita tergoda memandang seorang perempuan dan diam-diam menginginkannya di dalam hatinya. Sehingga kita yang masih lajang dan berniat menjaga kesucian sering bingung menghadapi fantasi seksual. Bahkan sampai merasa putus asa. Sebab sudah mencoba menahan perasaan seksual tapi Hasilnya adalah rasa bersalah, diikuti rasa kecewa mendalam.  

 

Apa yang bisa kita lakukan  menghadapi fantasi seksual? 

pertama, kita harus tahu  beda antara fantasi seksual dan nafsu.   Walaupun semua nafsu melibatkan fantasi seksual, tapi tidak semua fantasi seksual menuju pada nafsu.  Lewis Smedes menjelaskan perbedaan antara keduanya dengan cukup baik: "Nafsu adalah gairah seksual yang liar, banyak, untuk memiliki, dan hal ini sangat berbeda dari kesadaran erotis biasa yang dialami dalam fantasi seksual"

 

Jadi, anda tdk perlu mengutuk diri sendiri untuk setiap gambaran erotis yang muncul dalam pikiran. Kadangkala fantasi seksual menandakan kerinduan untuk keintiman; di saat lain, adalah pengekspresian ketertarikan terhadap seseorang yang cantik dan menawan. 

 

Fantasi seksual bisa berarti banyak hal, dan tidak seharusnya kita langsung mengidentifikasinya dengan nafsu. Kaum lajang perlu dibantu untuk mengenali fungsi positif dari fantasi.  Melalui fantasi kita mampu memegang realita sementara kita membebaskan imajinasi kita.  Orang dewasa mampu menggunakan imajinasi tanpa pernah kehilangan hubungan dengan dunia nyata.  Tentu saja salah satu karakteristik seksualitas manusia yang membedakan dengan ciptaan lain adalah kemampuan kita  merefleksi seksualitas kita. 

 

Kita dapat menulis surat cinta, banyak kali mengingat ciuman hangat, dan mengantisipasi momen-momen cinta yang lembut yang akan datang. Ini adalah kejadian seksual, pengalaman erotis, dan tidak bisa diklasifikasikan sebagai nafsu.  Sebenarnya, dalam pernikahan fantasi seksual sangatlah penting dalam membangkitkan ekspresi seksual.  Mungkin satu alasan banyak pasangan bosan dengan seks adalah kurangnya imajinasi mereka.

 

Sekalipun fantasi seksual memiliki sisi positif, ia juga memiliki sisi destruktif. Ia bisa menjadi pengganti persahabatan yang hangat, yang membawa serta persyaratan dan kekecewaan dalam kehidupan nyata.  Ia dapat menuntun pada obsesi dengan hal seksual. Ia dapat dengan mudah menjadi keasyikan yang terpotong dalam hal fisik. Ia bisa menjadi pendahuluan akan tingkah laku buruk, curiga atau cemburu. Masalah fantasi seksual sungguh lebih intensif sekarang ini dikarenakan pengaruh media modern dan sosial media.

 

Bagaimanapun, kita perlu menyadari otoritas yang kita miliki atas fantasi seksual kita. Imajinasi bisa didisiplinkan.  Kadang kita gagal, kita berusaha tapi masih saja  jatuh, dan  melakukan apa yang tidak ingin kita lakukan. Saat seperti ini kita sungguh membutuhkan anugerah Tuhan dan seseorang yang mendampingi kita menjalaninya. Meminta teman untuk mendoakan kita, dan tempat curhat atas pengalaman kegagalan kita. Bercerita  mengenai fantasi seksual kita, dan minta didoakan. Sebagai teman tentu kita perlu menjaga kerahasian sharing sahabat kita. Mendoakan supaya  seksualitas sahabat kita tetap utuh, penuh dan murni. Ini adalah pelayanan yang penuh anugerah, utuh, dan menggembirakan.

 

BERSAMBUNG.....

Bagian kedua membahas isu masturbasi,  hidup melajang dan cara mengakhiri masa lajang

Bacaan :
Readings in Christian Ethics by Robert Rakestraw and David Clark Penerbit: Baker Books, 1994

 *) sumber ilustrasi: seksualitasdotnet

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline