Lihat ke Halaman Asli

Awas Virus Sayang Diri!

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

[caption id="attachment_109928" align="aligncenter" width="500" caption="Jangan Merasa Diri Paling Malang sendiri di dunia....ill.Google"][/caption]

Awas Virus Sayang Diri !!! ** Julianto Simanjuntak **

Sebagai terapis keluarga dan kesehatan mental saya menemukan ada satu virus berbahaya.  Virus ini  merusak  keharmonisan rumah tangga, menghancurkan  persahabatan,  hubungan dagang dan pekerjaan. Virus itu bernama "Sayang Diri". Virus  ini menjadi   sumber pertengkaran,  konflik, rusaknya persahabatan,   hingga perceraian suami dan istri.

Apa itu "Sayang Diri"

Sayang diri adalah, sifat yang secara berlebihan memperhatikan diri sendiri sampai kurang peduli orang lain. Sifat ini juga suka mem "blame" orang lain saat Anda susah. Merasa paling malang  sendiri, dan menganggap kesusahan Anda  itu  sebagai akibat kesalahan orang lain. Kurang  mau bertanggungjawab  untuk apa yang ia buat sendiri dan sama sekali tidak mau ditegur meski jelas punya kesalahan.

Lawan sayang diri adalah   mau menerima diri apa adanya. Sifat  memelihara diri dan memperhatikan kebutuhan pribadi tanpa merugikan orang lain. Rela menderita pada saat tertentu tanpa menyalahkan orang lain, dan punya empati.

Sumber Sifat Sayang Diri

Sifat sayang diri tumbuh karena saat kecil seseorang kurang mendapat kasih sayang. Bisa juga disebabkan saat kecil sering mengalami kekerasan dari orangtua, baik psikis maupun fisik. Sering disalahkan, dikritik, bahkan bukan karena kesalahan dirinya.

Akibatnya jiwa mereka yang dibesarkan dengan kurang  kasih sayang ini laksana spon. Seberapun dicintai tetap tidak pernah merasa  cukup.  Spon itu  menyerap habis air cinta dari luar tanpa pernah menyadarinya,  dan selalu saja merasa kurang. Wujudnya adalah, orang tersebut suka mengeluh, bersungut-sungut dan suka menyalah-nyalahkan orang lain (menghakimi).

Hati Kita Laksana Cangkir

Saya mengumpamakan kepribadian kita seumpama cangkir yang terbuat dari aluminium.   Ada cangkir  cinta kita yang besar, ada pula  yang kecil. Mereka yang kurang atau defisit  kasih sayang, tumbuh seperti cangkir yang kecil. Sudah kecil cangkirnya, bocor lagi. Bocor karena ada pengalaman trauma waktu kecil atau remaja.  Itu sebabnya, mereka yang tumbuh kurang kasih sayang gampang merasa tidak puas. Karena berapapun kasih yang diberikan, selalu saja merasa tidak cukup. Kehadiran orang seperti ini tidak diharapkan orang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline