Lihat ke Halaman Asli

Kudeta Merangkak ala SBY

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SBY didaulat menjadi Ketua Umum Partai Demokrat pada KLB di Sanur, Bali. Berbagai peristiwa dramatismengawali proses daulat itu. Banyak pihak yang awalnya tidak percaya SBY menjadi Ketua Umum. Pasalnya, semua posisi tertinggi di Partai itu telah diduduki SBY, kecuali Ketua Umum. Di KLB, posisi Ketua Umum pun diambil.

Pro kontra pun terjadi. Kenapa SBY sangat bergairah mengambil kursi Ketua Umum dan melarang kader utamanya, Marzuki Alie maju. Untuk alasan penyelamatan partai, sebetulnya, kolaborasi SBY-Marzuki sangat cocok dan pas. Kekuatan Jawa-Sumatera diprediksi bisa menjadi penguat dan mampu mengembalikan elektabilitas partai lambang bintang mercy itu. Dengan kekuasaan terpusat ditangan SBY, banyak pihak meragukan elektabilitas Partai Demokrat bisa naik kembali.

Tidak sadarkah SBY tentang semua itu? Bisik-bisik di internal Partai Demokrat menyebutkan, SBY sangat bergairah dengan kursi Ketua Umum. Dorongan syahwatnya sudah sejak lama. Ejakulasinya tertahan sejak Kongres Bandung, kata bisik-bisik itu. Menurutnya, SBY hanya yakin, Partai Demokrat itu besar karena kemampuan dirinya. Ia jadi Presiden dua kali, juga karena kemampuan dirinya. Tidak ada yang lain. Karena keyakinan itu pulalah, ia kembali ingin menunjukkan kemampuannya. Ia ingin membuktikan bahwa Partai Demokrat hanya besar karena dirinya. Ia tidak pernah yakin dengan kekuatan tim. Karena dorongan syahwat yang kuat itulah, menurut bisik-bisik itu lagi, SBY melakukan berbagai manuver untuk merebut kursi ketua umum. Manuver-manuver itu didramatisir sedemikian rupa, agar kelihatan alamiah dan demokratis.

Menurut sumber itu lagi, sejak awal, SBY tidak mau Marzuki Alie atau Anas Urbaningrum menjadi Ketua Umum. Dukungan yang diberikan ke Anas pasca terpilih di Kongres Bandung, hanya drama. Agar publik melihat SBY sebagai sosok yang demokratis. Agar publik melihat SBY sebagai tokoh politik nasional yang citranya paling baik diantara tokoh politik nasional lainnya. Tapi diam-diam, sejumlah manuver ia lakukan. Ia tidak rela kursi ketua umum itu dijabat orang lain.

Tercatat enam kali SBY melakukan upaya kudeta menurunkan Anas. Kudeta pertama, saat Rakornas di Sentul. Anas gagal dikudeta. Kudeta kedua, dilakukan pada pertemuan DPD di Cikeas. Itu juga  gagal. Kudeta ketiga, dilakukan pada forum pendiri partai. Anas juga gagal dikudeta. Kudeta keempat, pada acara Silatnas di Kemayoran. Kudeta kelima, pada acara Rapimnas di Sahid. Kudeta keenam, ditersangkakan KPK yang diawali pertemuan di istana dan di Cikeas.

Setelah enam kali melakukan upaya penggulingan, Anas akhirnya tergusur. Internal demokrat berpikir, kursi ketua umum akan kembali dilelang dengan cara demokratis. Marzuki Alie, Saan Mustopa, Syarief Hasan, Max Sopacua, Jero Wacik, Johny Allen Marbun, Sutan Bhatoegana, Tridianto, disebut-sebut ikut meramaikan bursa Ketua Umum yang akan dilelang. Tokoh-tokoh ini adalah politisi utama yang track record nya sarat prestasi. Untuk alasan penyelamatan partai, SBY sangat pas berpartner dengan tokoh-tokoh ini dalam memimpin Partai Demokrat.

Alih-alih berpartner, ternyata SBY sendiri yang berkeinginan menjadi Ketua Umum. Ia tidak mau melelang kursi ketua umum itu. Ia melarang Marzuki Alie maju. Dengan beredarnya sms larangan dan teguran keras ke Marzuki Alie, otomatis, kandidat lain jadi ciut nyali dan tidak berani maju.

Kudeta merangkak kah? Bisik-bisik di internal mengatakan iya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline