Lihat ke Halaman Asli

15 Menit atau Nyawa Melayang

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Melbourne ketika terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa maka berita akan muncul di website berita lokal seperti www.theage.com.au dan semacamnya.

Terkadang petugas ambulance mendapat kecaman ketika gagal menuju ke lokasi kejadian sejak laporan masuk. Di Melbourne waktu untuk mencapai korban adalah 15 menit mulai dari ketika laporan masuk. Pernah ada berita yang mengecam petugas ambulance ketika gagal menuju lokasi dalam waktu yang ditentukan. Terlepas dari apakah korban meninggal karena tidak mendapat tindakan yang cepat ataupun masih hidup. Yang namanya telat ya telat.

Ketika menulis artikel ini saya sedang terjebak di tol menuju bandara. Seluruh lajur. Ya seluruh lajur termasuk lajur emergency dan daruratpun digunakan oleh pengendara mobil. Satu hal terbesit di kepalaku. Bagaimana ceritanya kalau ada mobil ambulance mau lewat? Tamatlah riwayat korban di dalamnya.

Saya percaya banyak dari kalianpun yang memikirkan hal yang sama bukan? Kira2 berapa jumlah nyawa yang dapat diselamatkan namun hilang begitu saja hanya karena mereka tidak mendapatkan tindakan yang cepat karena ambulance terhalang macet. Namun inilah kenyataan hidup di jalanan ibukota Jakarta. Baru ingat bahwa ada denda bagi pengendara mobil yang tidak memberikan jalan bagi ambulance setelah beberapa saat ambulance berada di belakang mereka. Dan denda ini di ikuti dengan kehilangan point / score dalam SIM di Melbourne yang berujung SIM dicabut.

Tidak ingin rasanya menyalahkan pengendara mobil karena jumlah mobil yang sudah overload. Jumlah kendaraan dan panjang jalanan sudah tidak seimbang. Sehingga segala jalan dipakai untuk membuat flow menjadi lebih baik. Diperparah dengan polisi yang juga sering memperbolehkan kita menggunakan bahu jalan.

Diperburuk dengan tidak adanya budaya berkendara dengan peraturan. Semuanya main sikat dan tidak sabar menunggu di jalurnya. Saya tidak bisa menyalahi pengendara. Karena proses mendapatkan SIM di Indonesia sangat mudah. Dan dalam setiap pelanggaran tidak ada sistem efek jera seperti yang ada di Melbourne. Dimana ketika orang ditilang polisi akan mengurangi poin. Jika poin habis maka tidak bisa mengendarai mobil.

Jika tetap bandel mengendarai mobil tanpa sim maka hukuman denda puluhan juta dan kurungan badan menanti. Jika berurusan dengan polisi maka track record buruk kita akan di simpan dalam database dengan baik dan ketika kita ingin mengajukan pekerjaan atau berurusan dengan bank yang memerlukan police cek. Maka nama buruk kita yang tercatat akan merugikan masa depan kita.

Tidak heran maka efek jera seperti itu sangat berjalan dengan baik di kota yang sudah maju. Kapan Indonesia? Ditunggu Gebrakannya Pak Jokowi! Informasi mengenai kota Melbourne ada di www.tautaumelbourne.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline