Lihat ke Halaman Asli

Juli Antonius Sihotang

Perantau-Peziarah Hidup

Yesus Kristus sebagai Sumber Katekese bagi Kaum Muda Katolik

Diperbarui: 27 Mei 2023   09:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gereja senantiasa berusaha agar semakin banyak orang mengenal dan mengimani Yesus Kristus, Putera Allah, sehingga melalui perantaraan iman, mereka semua hidup bersama Dia dalam persekutuan kasih. Usaha yang demikian telah diwujudkan oleh Gereja kepada semua insan sejak zaman dahulu, yang biasanya disebut 'katekese'.[1] Adapun katekese adalah pembinaan iman yang diberikan secara sistematis dan organis kepada anak-anak, kaum muda, maupun orang dewasa dalam terang ajaran Kristiani, sehingga mereka semua dihantar masuk ke dalam kepenuhan hidup Kristiani.[2] Pemahaman tersebut tentunya menunjukkan bahwa betapa pentingnya katekese dalam membangkitkan antusias dan keaktifan seorang beriman maupun kelompok Kristiani untuk mau ikut ambil bagian dalam kehidupan menggereja, sehingga mereka dengan tekun, bersukacita, dan bersemangat melakukannya.[3] Dalam hidup menggereja, kaum muda adalah pribadi-pribadi yang sangat berpengaruh sekaligus membutuhkan perhatian dari para pelaku pastoral (terutama mereka yang tertahbis) dalam mengikuti berbagai kegiatan menggereja agar mereka antusias dan aktif dalam mengikuti kegiatan menggereja. Namun, kerinduan tersebut ternyata masih jauh dari apa yang diharapkan karena berbagai alasan dari para pelaku pastoral maupun kaum muda itu sendiri.[4]

 

Gereja dalam berbagai kesempatan seringkali menyerukan seluruh umat beriman bahwa kaum muda merupakan pilar, masa sekarang dan masa depan Gereja, maupun para pelaku utama dari banyak kegiatan menggereja. Mereka mampu menawarkan berbagai pelayanan dengan murah hati dalam bentuk animasi katekese, liturgi, kepedulian terhadap orang-orang kecil dan terlantar.[5] Pentingnya peran kaum muda dalam hidup menggereja semakin ditegaskan oleh Gereja dengan menerbitkan beberapa dokumen yang membahas kaum muda, yakni "Mendidik Di Masa Kini Dan Masa Depan: Semangat Yang Diperbarui", "Orang Muda, Iman, dan Penegasan Panggilan", dan "Christus Vivit (Kristus Hidup)". Bahkan, sejak tahun 1986, Gereja mengadakan suatu acara besar untuk seluruh kaum muda Katolik di dunia yang disebut World Youtu Day. Namun, mengapa perhatian maupun seruan Gereja tersebut belum mampu menyentuh, membimbing, dan menyadarkan kaum muda untuk giat dan setia mengikuti kegiatan menggereja, di mana mereka berada.

 

Gambaran di atas kemudian menjadi kegelisahan penulis untuk mendalami sekaligus menjabarkan akan urgensitas kaum muda dalam peziarahan hidup beriman maupun hidup menggereja hingga saat ini, terlebih karena berbagai kesulitan dan tantangan hidup (di tengah pandemi covid-19 hingga saat ini). Kegelisahan yang dirasakan oleh penulis juga terlihat dari beberapa studi sebelumnya yang menunjukkan bahwa kaum muda nyatanya sangat berperan akan pengembangan dan kemajuan Gereja saat ini, apalagi di masa-masa selanjutnya,[6] sebab Yesus Kristus pengasih senantiasa hidup dan menyertai langkah mereka untuk terus bertumbuh dalam iman.[7] Namun, harus disadari bersama bahwa sampai saaat ini masih cukup banyak kaum muda yang belum memperoleh perhatian maupun pendampingan iman yang baik serta berkesinambungan dari pihak gereja, sehingga peziarahan hidup mereka seringkali dihadapkan akan berbagai godaan dan krisis iman.[8]  

 

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kaum muda (Katolik) adalah pribadi-pribadi yang senantiasa membutuhkan perhatian, pengertian, dan pemahaman iman secara terus-menerus dalam peziarahan iman mereka di tengah pluralitas (SARA) kehidupan sehari-hari, sehingga kaum muda terpanggil dan sadar untuk tekun dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan menggereja di tempat mereka berada. Kenyataan yang dengan jelas menunjukkan bahwa perhatian kepada kaum muda tidak mungkin bisa dilepaskan dari peran katekese sebagai sumber, jalan, dan pengetahuan iman bagi setiap orang Kristiani yang membuat mereka dari hari ke hari bertumbuh dalam kerohanian dan keselarasan hidup rengan rencana Allah.[9]

 

Dalam konteks beriman, kaum muda adalah pribadi-pribadi yang masuk dalam golongan iman konvensional-sintesis (12 tahun ke atas) dan iman reflektif-individualistis (21 tahun ke atas). Pada tahap iman konvensional-sintesis, mereka bertumbuh sebagai individu yang memiliki refleksi diri, mulai kritis, dan iman kepada Tuhan bersumber pada relasi manusiawi, terutama melalui komunitas keluarga. Sementara ketika memasuki tahap iman reflektif-individualistis, kaum muda biasanya memiliki refleksi kritis akan perkembangan nilai-nilai dan identitas dirinya, terutama untuk semakin bertanggung jawab mengenai imannya dan relasinya dengan Tuhan.[10] Kedua tahap iman yang dilalui tersebut memberikan gambaran bahwa kaum muda sebenarnya masih membutuhkan pendampingan (iman) dalam perjalanan hidup mereka, apalagi nyatanya kaum muda senantiasa dihadapkan pada berbagai budaya baru dan populer setiap harinya. Padahal peran dan keaktifan mereka mereka sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, terutama kehidupan menggereja. Kegelisahan penulis terhadap kaum muda kemudian akan didalami dan dijabarkan dalam rumusan masalah: bagaimana katekese dapat membuat kaum muda bertumbuh dalam iman? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline