Ruang publik dirasakan semakin lama akan semakin terbatas. Semakin kesini, ruang publik semakin sulit untuk diakses. Terlebih-lebih di kota-kota besar yang ada di Indonesia.
Keterbatasan ruang publik disebabkan karena banyaknya ruang publik yang telah diprivatisasi oleh kapitalisme. Area ruang publik yang seharusnya dapat diakses secara leluasa secara gratis oleh umum kini menjadi berbayar untuk dapat mengaksesnya. Inilah bentuk kapitasime ruang publik.
Akibatnya, tidak semua orang berhak mengakses ruang publik. Kelompok masyarakat berkemampuan secara finansial yang dapat mengakses ruang publik tersebut.
Dengan demikian, teori klasik sebagaimana dinyatakan oleh Stephen Carr dkk (1992) bahwa tiga kualitas utama sebuah ruang publik, yaitu tanggap (responsive), demokratis (democratic), dan bermakna (meaningful), sudah tidak relevan.
Dewasa ini, kemajuan tekhnologi semakin canggih dan semakin sulit untuk dibatasi. Internet, misalnya. Wilayah dunia maya ini merupakan integrasi dari berbagai peralatan tekhnologi komunikasi dan jaringan komputer yang dapat menghubungkan peralatan komunikasi yang tesebar di seluruh dunia secara interaktif.
Akibat keterbatasan ruang publik pada dunia nyata, mereka dari generasi milenial dan generasi z beralih ke dunia maya, sebagai solusi untuk menciptakan sebuah ruang publik yang lebih leluasa. Ruang publik yang disediakan di dunia maya sifatnyatak terbatas ruang dan jarak. Sangat berbeda dengan ruang publik di dunia nyata.
Salah satu bentuk ruang publik di dunia maya misalnya adalah media sosial. Media sosial dipandang sebagai elemen penting dalam menciptakan ruang publik yang sehat, ruang dimana ide, opini, dan pandangan bebas diutarakan. Sebagai ruang publik, media sosial harus memastikan melayani kepentingan publik.
Terkini, lahir lagi ruang publik yang lebih canggih dari dunia maya, yaitu berupa dunia virtual yang disebut metaverse. Dilansir dari laman milenianews.com, gambaran sederhana yang diungkapkan Facebook tentang metaverse adalah sebuah seperangkat ruang virtual, tempat seseorang dapat membuat dan menjelajah dengan pengguna internet lainnya yang tidak berada pada ruang fisik yang sama dengan orang tersebut.
Digambarkan bahwa pada dunia metaverse manusia bisa merasakan sensasi berinteraksi seperti dunia nyata. Bedanya, semua pengalaman akan terjadi di dunia maya dengan virtual tiga dimensi.
Sebagai gambaran bahwa di ruang publik metaverse segala hal bisa dilakukan layaknya di dunia nyata. Kita bisa melakukan hal-hal seperti pergi ke konser virtual, melakukan perjalan online, fesyen, berkarya, bahkan bisa melakukan perkawinan secara virtual.