Pendahuluan
Dalam laporan keuangan perusahaan, istilah aktiva dan pasiva menjadi komponen utama yang tak terpisahkan. Keduanya memiliki fungsi masing-masing, namun tetap saling mendukung dalam menggerakkan aktivitas bisnis. Meski demikian, banyak yang mempertanyakan, mana yang lebih dominan digunakan dalam operasional perusahaan?
Pertanyaan ini muncul karena pengelolaan aktiva dan pasiva yang tidak seimbang kerap menjadi penyebab masalah keuangan. Artikel ini akan mengupas tuntas peran masing-masing, tantangan yang dihadapi, serta solusi untuk mengelola keduanya dengan bijak.
Penjelasan Aktiva dan Pasiva
Aktiva
Aktiva mencakup segala sumber daya yang dimiliki perusahaan dan memiliki nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan pendapatan. Contohnya adalah kas, piutang, persediaan barang, hingga aset tetap seperti mesin atau gedung.
Aktiva Lancar meliputi aset yang mudah dicairkan dalam waktu singkat, seperti kas dan piutang.
Aktiva Tetap adalah aset yang digunakan untuk jangka panjang, seperti peralatan dan properti.Aktiva memainkan peran langsung dalam operasional sehari-hari, seperti mendukung produksi dan penjualan, sehingga sering menjadi fokus utama perusahaan.
Pasiva
Pasiva adalah segala bentuk kewajiban atau utang yang harus dibayar oleh perusahaan kepada pihak lain. Misalnya, pinjaman bank, hutang dagang, atau obligasi.
Pasiva Lancar adalah kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu kurang dari satu tahun.
Pasiva Jangka Panjang mencakup utang yang masa pelunasannya lebih dari satu tahun.
Pasiva umumnya digunakan sebagai sumber pembiayaan, terutama untuk memperoleh aktiva atau menutupi kebutuhan modal.
Permasalahan dalam Pengelolaan Aktiva dan Pasiva
Permasalahan utama dalam pengelolaan aktiva dan pasiva sering kali terletak pada ketidakseimbangan antara keduanya. Beberapa isu yang sering muncul meliputi:
1. Utang yang Berlebihan: Ketergantungan pada pasiva, seperti pinjaman, dapat meningkatkan beban bunga dan risiko keuangan perusahaan.