Lihat ke Halaman Asli

Autis Itu Anugerah, Bukan Penyakit!

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Autis itu ANUGRAH, bukan PENYAKIT!!

Setiap orang tua akan mengalami berbagai macam perasaan pada saat mendengar dari mulut seorang professional bahwa anaknya mengalami gangguan perkembangan yang termasuk dalam spectrum autism. Yang sering terjadi adalah perasaan tak percaya, marah, tak dapat menerima dengan harapan bahwa diagnosis tersebut adalah salah, mengalami shock, panic, sedih, bingung dan lain sebagainya. Banyak yang kemudian mencari pendapat dokter lain untuk lebih mendapat kepastian mengenai diagnosis tersebut, karena rasa tak percaya bahwa anak mereka divonis sebagai penyandang autis.

Penyandang autisme menunjukkan gangguan komunikasi yang menyimpang. Ketika komunikasi antar manusia diseluruh belahan bumi sudah sedemikian mudahnya, masih ada saja sekelompok manusia yang tersisih. Tersisih karena mereka tidak mampu mengadakan komunikasi dengan orang yang paling dekat sekalipun. Penyandang autis mempunyai kesulitan untuk mengekspresikan perasaan dan keinginannya. Mereka juga hidup terkurung dalam dunianya sendiri yang sepi, menunggu uluran tangan orang lain untuk menariknya keluar ke dunia yang lebih bebas.

Anak autis memang tergolong sebagai anak berkebutuhan khusus. Di Indonesia, pendataan mengenai penyandang autis belum pernah dilakukan, namun para professional yang menangani bidang ini, melaporkan adanya peningkatan jumlah penyandang autism yang sangat pesat. Namun, hal itu tidak diimbangi dengan meningkatnya jumlah ahli yang mendalami bidang autis, sehingga sering kali terjadi salah diagnosis.

Untuk memberikan motivasi dan dukungan kepada anak autis dan orang-orang disekitarnya, beberapa pakar dari ilmu kedokteran memberi julukan PENYANDANG AUTIS, bukan PENDERITA AUTIS kepada anak yang berkebutuhan khusus ini. Karena banyak dari mereka mempunyai gagasan bahwa autis bukanlah sebuah penyakit, maka tidak cocok jika diberi label sebagai penderita. Memang benar jika autis itu perlu untuk disembuhkan, akan tetapi ini bukanlah sebuah penyakit, dimana banyak orang melihat dengan sebelah mata akan kemampuan anak autis.

Kurangnya kemampuan berkomunikasi merupakan gangguan yang dialami oleh anak autis. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa ada beberapa atau bahkan banyak anak autis yang mempunyai kecerdasan dan tingkat intelegensi diatas rata-rata. Banyak wacana yang menggugah tentang kekurangan dan kelemahan dari penyandang autis, akan tetapi wacana-wacana tersebut juga ditimpali dengan wacana yang mengungkapkan kelebihan dan keunggulan dari anak autis. Mereka kerap kali memperbincangkan kejadian yang diangkat dari kisah nyata, bahwa beberapa dari anak autis direkrut untuk menjadi anggota suatu lembaga penting di Negara maju karena tingkat IQnya yang tinggi.

Oleh karena itu, menurut saya, orang tua tidak perlu lah memberikan reaksi yang sangat berlebihan ketika anaknya di diagnosis sebagai penyandang autis. Autis adalah sebuah kekurangan yang menempel pada diri anak, tapi jika orang tua mampu memahami karakter anak dengan sebenar-benarnya, maka mereka akan mampu untuk menggali kelebihan dibalik kekurangan itu. Kelebihan itulah yang kita sering sebut sebagai anugrah. Karena setiap unsur dimuka bumi ini pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan, tidak ada unsur ciptaan-Nya yang diciptakan secara sempurna.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline