Lihat ke Halaman Asli

Minyak Jelantah: Sepele Tetapi Berbahaya

Diperbarui: 26 September 2024   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pinterest

Bayangkan saat ini Anda sedang memakan gorengan yang disajikan dengan hangat, sangat renyah, gurih dan ditemani dengan segelas kopi. Disela-sela itu, apakah Anda pernah merenungkan tentang gorengan tersebut di goreng menggunakan minyak yang bagaimana? Apakah minyak yang digunakan baru, atau mungkin minyak yang telah digunakan berkali-kali? Jika Anda berpikiran hal yang sama, mari terjun bersama tulisan ini untuk mengenal lebih dalam terkait minyak goreng, terutama minyak yang telah digunakan berkali-kali.

Apa Itu Minyak Jelantah?

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Minyak jelantah adalah minyak goreng yang telah digunakan lebih dari sekali. Berdasarkan data Survei Katadata Insight Center terhadap 140 rumah tangga pengguna minyak goreng, didapatkan sekitar 13 juta liter minyak goreng dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dengan rasio minyak jelantah dihasilkan sekitar 60,82% (Katadata, 2020). Diatas 50% bukan? Lantas apa yang harus kita lakukan?

Jika Anda menggoreng, sebaiknya penggunaan minyak goreng tidak melebihi dari 3 kali untuk mencegah penumpukan kotoran pada minyak goreng tersebut. Penggunaan minyak goreng secara berulang dapat menghasilkan berbagai senyawa reaktif. Menurut Abdullah dan Yustinah (2020), minyak jelantah ditandai dengan adanya perubahan warna pada minyak yang semakin gelap, yang merupakan akibat dari reaksi degradasi.

Dari penjabaran diatas sungguh sangat berbahaya senyawa yang dihasilkan oleh penggunaan minyak yang digunakan secara berulang-ulang kan? Masih mau membiarkan senyawa-senyawa berbahaya tersebut masuk ke tubuh Anda atau mencemari lingkungan Anda?

Bahaya  Minyak Jelantah Bagi Lingkungan

Sumber: iStockphoto

Ternyata selain memiliki dampak terhadap kesehatan, minyak jelantah juga memiliki dampak buruk terhadap lingkungan. Pasti di lingkungan Anda, sering melihat orang yang membuang limbah minyak jelantah ke saluran air seperti selokan, atau pipa yang langsung terhubung dengan sungai atau bahkan langsung ke tanah tanpa berpikir panjang. Tindakan membuang limbah minyak jelantah secara sembarang mengakibatkan pencemaran tanah yang dapat menyebabkan pori-pori tertutup dan mengganggu ekosistem yang ada di tanah tersebut. 

Selain itu, pembuangan limbah minyak di air dapat menghalangi oksigen dengan membentuk lapisan tipis di permukaan air yang mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar Chemical Oxygen Demind (COD) dan Biological Oxygen Demind (BOD), sehingga fungsi dan kualitas air turun, yang berakibat pada ketidakmampuan mendukung aktifitas manusia dan menyebabkan timbulnya masalah penyediaan air bersih (Abduh, 2018; Mulyaningsih & Hermawati, 2023).

Studi kasus yang dilakukan oleh Berlinawati, Soesilo, Asteria, & Harmain pada tahun 2018 di Sungai Citarum, Indonesia, menunjukkan bahwa pencemaran air di sungai tersebut sebagian besar disebabkan oleh limbah rumah tangga, termasuk minyak jelantah, yang berkontribusi pada penurunan kualitas air dan kehidupan akuatik di sungai tersebut . Dampak pencemaran ini merusak ekosistem perairan dan mengancam kelangsungan hidup ikan, yang pada akhirnya mempengaruhi mata pencaharian nelayan setempat.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline