Lihat ke Halaman Asli

Kata-kata Luhut yang Saya Ingat!

Diperbarui: 6 Desember 2015   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sinetron papa minta saham sedang memasuki episode ke dua. Kejutan-kejutan baru mungkin saja akan mucul sebagai bentuk perlawanan. Energi publik cukup terkuras dengan mendiskusikannya hingga di warung kopi. Di warung kopi ada yang menilai bahwa sinetron ini hanya bentuk pengalihan isu agar rakyat lupa dengan perlambatan ekonomi. Di kalangan lebih cerdas, analisa dan perdebatan menjadi lebih high context. Sebuah arena pertarungan ibarat pertandingan sepak bola. Lebih jauh lagi, ada usaha penggiringan opini untuk menjatuhkan salah satu blok. Memang sangat menarik dan menantang akrobat nalar dalam analisis sinetron papa minta saham ini. Selain itu, nilai-nilai juga masuk dalam sintetron ini. Kerakusan manusia, kehendak berkuasa yang tidak ada habisnya dan bahkan nilai nilai soal tujuan hidup. Ucapan Luhut yang mengatakan sudah selesai dengan dirinya, adalah sebuah pernyataan yang mempunyai arti bahwa di sisa hidup ini tidak ada lain selain semata mata Pengabdian bagi negara dan sesama demi tujuan hidup manusia yang paripurna.

"Sudah selesai dengan dirinya". Ucapan Luhut yang mengingatkan saya pada sebuah acara di Coffe Batak Toba Dream yang terletak di Manggarai kurang lebih 12 tahun tahun lalu. Pada saat itu beliau sebagai nara sumber bagi peserta yang kebanyakan orang Batak. Sebagai salah satu orang Batak yang dianggap sukses, tentu saja punya legitimasi memberikan resep resep hidup dan apa yang harus dilakukan hidup sebagai manusia yang paripurna. Dengan nada yang cukup penuh semangat, beliau menjelaskan apa yang dilakukannya paska tidak menjabat, dan menunjukkan karyanya sebuah Sekolah Bidang IT yang cukup berkualitas dengan nama Institut Dell. Metode pengajaran dan dosen-dosen banyak didatangkan dari luar, dan bahkan bekerja sama dengan microsoft secara langsung dengan Bill Gates. Beberapa mahasiswa institut tersebut diajak saat itu dan diberikan kesempatan untuk presentasi. Alhasil semua pendengar cukup terkesima termasuk saya. Secara positif penulis melihat paparan Luhut saat itu sebagai bentuk inspirasi bagi saya yang lebih muda.

Yang menarik adalah adalah alasan Luhut saat memaparkan kenapa beliau mendirikan sekolah tersebut. Alasannya hanya karena sebuah peristiwa yang beliau ada pada saat itu. Dan peristiwa ini adalah saat penguburan Jenderal Besar Soeharto yang berkuasa 30 tahun. Luhut memaparkan pada saat jenazah masuk ke liang lahat, Luhut mungkin merenung dan mengatakan kepada hadirin saat itu " Jenderal seberkuasa ini pun pada akhirnya ke liang 1 x 2 meter juga" . Momen itu mungkin menjadi motivasi dan menggerakkan hati beliau untuk mengisi sisa hidup ini dengan karya yang bermakna bagi kemanusiaan. Dan mungkin itu juga menjadi momen penting dalam hidupnya untuk berkarya dengan mendirikan Institut Dell. Dan itulah Kata-Kata Luhut yang saya ingat.

Momen pemaparan Luhut saat itu tetap membekas bagi penulis dan menjadi sebuah momen penting dalam memaknai hidup ini, selain dari momen lain yang penulis alami. Cukup sering penulis memberi contoh apa yang dilakukan Luhut dan momen penting yang dialaminya sebagai bahan penulis memberi semangat dan inspirasi bagi orang lain.

Karir dan sepak terjangnya di militer, sebagai pengusaha dan politisi menjadi bahan yang menarik dan dapat menjadi dorongan bagi kaum muda. Namun demikian, di tengah sinetron politik Papa minta saham ini,  pencatutan nama Luhut, JKW dan JK di dalam transkrip rekaman membuat penulis bertanya kembali, apakah Luhut sudah selesai dengan dirinya? Sebagaimana 12 tahun lalu beliau mengalami sebuah momen penting yang mendorong dirinya untuk hidup demi pengabdian, kali ini argumentasi "sudah selesai dengan dirinya"  menjadi sebuah pertanyaan besar.

Pencatutan 66 kali nama Luhut dalam transkrip dan logika logika yang terbangun di dalamnya dalam konteks pertarungan politik  sangat memojokkan posisi Luhut. Dalam konteks pertarungan politik sebagai pengabdian, sebagaimana para pendahulu sekelas Tan Malaka, Syahrir dan Amir misalnya, sebuah pujian dan sejarah akan mencatatnya dengan tinta emas.

Kalau memang Luhut nantinya dalam sidang di MKD pun dipanggil dan hanya berkutat dalam soal rampokan saham Freeport,  Selesai dengan dirinya sekali lagi menjadi sebuah pertanyaan besar. Kalau 12 tahun lalu, paparan tentang alasan mendirikan Dell memberi inspirasi, kali ini pembelaan dengan kalimat selesai dengan dirinya masih perlu dipertanyakan. Namun demikian, sebagai mantan Prajurit idealnyalah membuka secara terang benderang bila memang akan dipanggil MKD. Ingat kembali paparan 12 tahun lalu. Jenderal Besar sekaliber Soeharto pun ujungnya hanya sampai 1x2 meter. Semoga menggugah!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline