Lihat ke Halaman Asli

Julia Inayah

mahasiswa

Kedermawanan Allah

Diperbarui: 11 April 2024   22:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pemateri : Dr. Cecep Anwar, M.Ag.

Jum'at, 15 Maret 2024, 4 Ramadhan 1445 H          

Di dalam perjalanan hidup yang penuh dengan liku-liku dan ujian, manusia sering kali terjebak dalam labirin permasalahan yang sulit. Namun, di tengah segala ketidakpastian, terdapat keindahan yang menawan dalam keyakinan akan kebesaran Allah. Al-Qur'an mengajarkan bahwa kebaikan dan musibah, serta segala keberuntungan, adalah kehendak-Nya semata. Di dalam hadis ke-19, Nabi Muhammad saw. memberikan pengajaran yang mendalam tentang akhlak mulia, kepercayaan pada Allah sebagai tempat bergantung dan berlindung, serta kesadaran akan segala musibah dan keberuntungan yang hanya datang dari-Nya.

Akhlak mulia adalah pijakan utama bagi manusia dalam menjalani kehidupan. Sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw., "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak." Ini menunjukkan betapa pentingnya kebaikan budi pekerti dalam agama Islam. Akhlak yang mulia tidak hanya terlihat dalam perilaku eksternal, tetapi juga tercermin dalam batin yang tulus dan kesadaran akan keberadaan Allah dalam setiap tindakan. Dalam keseharian, manusia dihadapkan pada berbagai situasi yang menguji kesabaran, keikhlasan, dan kejujuran. Namun, dengan mengamalkan akhlak mulia, manusia dapat menghadapi segala ujian dengan tegar dan lapang dada.

Allah adalah tempat bergantung dan berlindung yang tiada tandingannya. Keyakinan ini menjadi landasan kuat bagi umat Islam dalam mengarungi liku-liku kehidupan. Dalam Al-Qur'an, Allah menyatakan, "Dan kepada Allah hendaklah bertawakkal orang-orang yang beriman." Ini menegaskan bahwa hanya dengan bergantung sepenuhnya kepada Allah, manusia akan merasakan ketenangan dan perlindungan dalam menghadapi segala tantangan. Dalam setiap langkahnya, manusia selalu diingatkan untuk tidak melupakan kehadiran-Nya yang selalu mengawasi dan melindungi.

Musibah dan keberuntungan adalah bagian dari kehidupan yang tidak dapat dihindari. Namun, dalam pandangan Islam, keduanya adalah ujian dan rahmat dari Allah. Sebagaimana yang disampaikan dalam hadis ke-19, "Musibah tidak akan datang kepada seseorang kecuali oleh kehendak Allah, dan tidak akan dihapuskan kecuali oleh Allah." Dari sini, kita belajar bahwa segala cobaan yang menimpa manusia adalah bagian dari rencana Allah yang penuh hikmah. Oleh karena itu, sikap yang bijak adalah menerima segala musibah dengan kesabaran dan keikhlasan, serta memanfaatkan keberuntungan dengan rasa syukur yang mendalam.

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, manusia sering kali terlena oleh dunia yang fana dan lupa akan keberadaan Allah. Namun, hadis ke-19 mengingatkan kita untuk senantiasa mengingat-Nya dalam setiap langkah. Dengan menyadari bahwa segala yang terjadi adalah kehendak-Nya, manusia akan lebih berserah diri dan menguatkan imannya. Ketika musibah datang, manusia tidak akan terjatuh dalam putus asa, melainkan akan mencari kekuatan dan ketenangan dari-Nya. Begitu pula ketika keberuntungan menghampiri, manusia akan merasa rendah diri dan bersyukur atas karunia yang diberikan-Nya.

Ketika melihat realitas kehidupan, seringkali manusia terperangkap dalam ambisi dan keinginan duniawi yang membutakan mata hati mereka. Namun, hadis ke-19 mengajarkan bahwa keberuntungan sejati hanya datang dari Allah. Segala pencapaian dan kesuksesan yang diraih manusia adalah anugerah-Nya semata. Oleh karena itu, manusia seharusnya tidak sombong dan congkak atas apa yang telah mereka miliki, melainkan merendahkan diri di hadapan-Nya dengan rasa syukur yang tulus.

Dalam konteks akhlak mulia, keberuntungan yang diperoleh manusia seharusnya dijadikan sebagai sarana untuk berbuat kebaikan kepada sesama. Sebagaimana yang diajarkan dalam ajaran Islam, "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." Dengan demikian, keberuntungan bukanlah untuk dipamerkan atau dijaga dengan ketat, melainkan untuk dibagi dan disebarkan kepada yang membutuhkan. Dengan berbagi keberuntungan, manusia tidak hanya mendapatkan kebahagiaan dunia, tetapi juga pahala di akhirat

Namun, di balik keberuntungan, manusia juga diuji dengan musibah yang datang secara tiba-tiba. Musibah adalah ujian bagi iman dan kesabaran manusia. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman, "Dan sesungguhnya Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." Dari ayat ini, kita belajar bahwa musibah adalah bagian dari rencana Allah yang penuh hikmah. Tugas manusia adalah menerima musibah dengan kesabaran dan keikhlasan, serta terus bertawakal kepada-Nya.

Dalam menghadapi musibah, Allah menyediakan berbagai jalan keluar bagi hamba-Nya yang bertawakal. Sebagaimana yang disampaikan dalam hadis ke-19, "Tidaklah Allah memberikan musibah kepada seorang hamba, kemudian hamba itu berkata, 'Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un (Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada-Nya kita akan kembali),' melainkan Allah akan memberikan kepadanya pahala yang lebih baik darinya." Dari sini, kita belajar bahwa kesabaran dan ketawakalan akan mendatangkan pahala yang besar di sisi Allah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline