Teknologi digital saat ini sangat berkembang dengan pesat salah satunya dengan menggunakan pembayaran non tunai yang biasa disebut dengan cashless. Tren cashless mengakibatkan perubahan kebiasaan masyarakat dalam proses pembayaran. Beberapa tahun terakhir tren cashless semakin populer dan banyaknya peminat. Berawal dari pandemi COVID-19 yang mengharuskan masyarakat menggunakan metode pembayaran cashless dengan tujuan untuk mencegah penyebaran COVID-19. Dari sini lah semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan metode cashless.
Tren cashless ini berhubungan dengan budaya populer. Dalam beberapa kamus budaya, budaya populer adalah budaya masyarakat atau budaya orang kebanyakan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) budaya pop adalah budaya yang diproduksi secara massal dan menjadi ikon budaya massa. Menurut Tressia (2001 :41) budaya pop dalam bahasa latin merujuk secara harfiah "culture of the people" yang artinya budaya masyarakat, maka pengkaji budaya banyak melihat budaya yang hidup yang ditemui pada kehidupan sehari-hari. Hebdige (1998) sebagai contoh memandang budaya populer sebagai sekumpulan artefak yang ada seperti film, kaset, pakaian, acara televisi, alat transportasi dan sebagainya. Budaya populer berasal dari masyarakat. Pada pengertian di atas budaya populer berkembang karena adanya perubahan gaya hidup yang dipengaruhi oleh budaya. Budaya populer bermakna bahwa artefak-artefak dan gaya-gaya ekspresi manusia berkembang dari kreativitas orang kebanyakan dan beredar dikalangan orang-orang menurut minat, preferensi dan selera mereka (Lull, 2000 :165).
Masyarakat cashless memiliki karakteristik hedonisme dan konsumerisme yaitu masyarakat cashless ini akan berbelanja terus menerus karena keinginannya dan gengsi bukan karena kebutuhannya. Dengan menggunakan smartphone menjadikan berbelanja dengan mudah dan praktis sehingga banyaknya masyarakat yang tergiur apalagi jika ditawarkan dengan promo dan cashback. Selain itu, adanya karakteristik pragmatism yaitu masyarakat menjadi malas menggunakan uang tunai dan menggunakan transaksi melalui aplikasi yang tersedia pada smartphone yang bisa digunakan dimana saja dan kapan saja.
Metode pembayaran cashless ini populer di Indonesia pada tahun 2014. E-wallet merupakan salah satu pembayaran non tunai dengan menggunakan aplikasi sebagai transaksi. E-wallet ini berfungsi sebagai menyimpan dana, menyimpan riwayat transaksi, dan mempermudah transaksi. Contoh dari e-wallet ini seperti OVO, Dana, ShopeePay, Linkaja dan lain-lainnya. Metode pembayaran cashless ini umumnya digunakan para orang tua dan anak muda. Dengan bentuk yang praktis membuat mereka mudah dalam menggunakan metode cashless dan membuat mereka malas untuk membayar dengan metode pembayaran tunai. Beberapa orang mencari tempat berbelanja atau makan yang dapat menggunakan pembayaran non tunai. Kebanyakan orang yang menggunakan pembayaran tunai merasakan sulit karena harus menggunakan uang fisik yang pastinya bakal menunggu kembalian. Pada pedangang kaki lima sekarang pun banyak yang menyediakan pembayaran non tunai dengan berbagai aplikasi pendukung.
Metode cashless ini memiliki keuntungan, seperti transaksi lebih aman dan praktis. Hanya membawa smatphone bisa digunakan untuk berbelanja, makan, dan transportasi umum dengan melakukan scan QR. Selain itu, dikatakan aman karena dapat terhindar dari tindak kriminal seperti pencurian dompet. Keuntungan lainnya adalah adanya catatan riwayat pembayaran seseorang. Adanya riwayat pembayaran ini bisa melihat pengeluaran dan pemasukan dana saat melakukan transaksi. Hal ini membuat seseorang dapat mengontrol pengeluaran dengan mudah. Banyaknya e-wallet yang bekerjasama dengan merchant dengan tujuan untuk promosi. Biasanya pada beberapa aplikasi yang menggunakan metode pembayaran cashless ini menawarkan beberapa promo menarik seperti diskon ataupun cashback. Banyaknya masyarakat cashless yang tertarik dengan hal ini dan tergiur untuk berbelanja dengan menggunakan metode cashless. Biasanya pada pembayaran tunai jarang kali muncul promo ataupun cashback.
Pastinya selain ada keuntungan terdapat juga kekurangannya. Metode cashless ini justru lebih boros dibandingkan menggunakan metode pembayaran tunai karena ketika menggunakan pembayaran tunai kita secara sadar bahwa kita mengeluarkan sejumlah uang fisik. Dibandingkan metode cashless ketika sedang bertransaksi tidak menggunakan uang fisik walaupun tetap mengeluarkan uang. Ini lah membuat pengguna pembayaran tunai lebih merasakan kehabisan uang fisik dibandingkan dengan metode cashless karena metode cashless menggunakan uang elektronik dan para pengguna tidak perlu mengambil uang di ATM. Metode cashless ini pastinya ada hubungannya dengan teknologi sehingga mengharuskan pengguna cashless ini cukup mengerti mengenai teknologi dan pemakaiannya. Metode cashless ini umumnya menggunakan smartphone dalam bertransaksi. Sebagain orang pastinya masih belum paham dengan teknologi ini seperti pada kaum lansia. Kaum lansia ini lebih sulit percaya metode pembayaran non tunai ini dan pastinya bakalan susah untuk mengubah perilaku trasnsaksi.
Metode pembayaran cashless ini tidak hanya pada smartphone saja tapi bisa menggunakan kartu seperti kartu debit, kartu kredit, dan e-money. Dengan memakai kartu mungkin sebagian orang pernah mengalami kehilangan kartu atau ada juga yang merasa lupa dengan kata sandinya. Beberapa kartu tidak memberikan fasilitas back up dana yang menjadikan dana yang di dalamnya pun akan hilang. Oleh karena itu, adanya metode pembayaran cashless dapat mempermudah seseorang dalam melakukan transaksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H