Lihat ke Halaman Asli

Juli HidayaturRohman

Nila Ubaidah, S.Pd., M.Pd. | Pendidikan Matematika | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan | Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Pentingnya Literasi Numerasi sebagai Penanggulangan Kasus-Kasus Terkait

Diperbarui: 22 Mei 2022   13:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada hakekatnya, kita sebagai makhluk yang hidup di dunia ini tidak lepas dan tidak dapat kita pungkiri bahwa semua hal yang ada di dunia ini berkaitan dengan kegiatan numerasi. Di mulai dari aspek-aspek kehidupan secara umum maupun aspek secara khusus. Aspek kehidupan secara umum tergambarkan salah satunya adalah pada saat kita melakukan kegiatan berniaga, di mana pada kegiatan tersebut terjadi hitung-menghitung, berdialog tawar menawar, dan membuat suatu kesepakatan. Selain itu, dalam aspek khusus, kegiatan bernumerasi dapat dicontohkan pada saat siswa melaksanakan pembelajaran di sekolah pada mata pelajaran matematika ataupun juga pada mata pelajaran yang lainnya, di mana dalam kegiatannya siswa tersebut melakukan kegiatan numerasi. Dapat dilihat dari aspek secara umum maupun secara khusus yang telah dicontohkan tersebut, semuanya berhubungan dengan kegiatan yang didasarkan pada kemampuan dalam bernumerasi. Sehingga tidak dapat kita elakan bahwa ketika kita berkegiatan, juga bisa saja bersamaan dengan bernumerasi. Namun sebekum itu, apa sih yang disebut dengan kegiatan NUMERASI?

A. Definisi Literasi Numerasi

Dilansir dari https://ditpsd.kemdikbud.go.id yang diparafrase di mana Literasi Numerasi merupakan suatu keterampilan dalam mengolah bilangan maupun simbol matematika dasar dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah dalam konteks kehidupan serta kemampuan untuk menganalisis berbagai bentuk penyajian data seperti grafik, tabel, bagan, ataupun betuk yang lainnya, kemudian ditafsirkan dan hasilnya digunakan untuk membuat suatu kesimpulan akhir. Secara sederhana, literasi numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari yang mana mencakup kemampuan untuk menerjemahkan informasi kuantitatif.

Kegiatan numerasi itu sendiri meliputi : mengolah, menafsirkan, menggunakan data yang kemudian digunakan untuk membuat suatu kesimpulan sehingga dapat digunakan untuk memecahkan suatu perihal masalah.

Namun tidak semua kegiatan dapat kita samakan dengan kegiatan bernumerasi.  Misalnya kita melakukan kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan, angka, berhitung, menafsirkan data, atau hal-hal yang berhubungan dengan kenumerasian yang lain, contohnya kita mendongenkan sebuah buku cerita, yang didalamnya tidak ada hal yang berkaitan dengan numerasi, namun lebih berfokus kepada kegiatan berliterasi dalam hal bahasa saja.

B. Fakta Daya Numerasi Di Indonesia

Walaupun kegiatan numerasi sering kita laksanakan baik secara sadar maupun tidak di dalam kita melakukan kegiatan berkehidupan dan jika kita dalami maka sangatlah penting, namun dalam kenyataannya tingkat literasi numerasi masyarakat di Indonesia sangatlah kurang. Bersumber dari penelitian yang lakasanakan oleh PISA pada tahun 2018, sebelumnya PISA merupakan sebuah progran yang dibuat oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) yang memiliki tujuan untuk mengukur seberapa besar daya dan keterampilan peserta didik pada rentang usia 15 tahun. Lebih lanjut program ini menilai tiga buah objek penilaian, yaitu literasi sains, literasi matematika, dan literasi membaca. Kembali ke topik. Apakah kalian tahu hasil penelitian tersebut? Ya terkuak fakta yang mencengangkan bahwasanya skor membaca Indonesia menduduki peringkat 72 dari 77, skor sains 72 dari 78, dan skor untuk literasi matematika/numerasi berada pada posisi 70 dari 78 atau menduduki posisi 10 terbawah di dunia dibandingkan dengan negara-negara di luar Indonesia sana dengan skor 379 dari skor rata-rata partisipan,yaitu sebesar 487. Selain dari PISA, ada juga hasil penelitian dari TIMSS pada tahun 2015, yang menyatakan bahwa skor matematika Indonesia sebesar 397 dibandingkan dengan skor rata-rata TIMSS itu sendiri yaitu sebesar 500, sungguh hasil yang terpaut cukup besar.

Dari hasil penelitian tersebut, sudah seharusnya menjadi perhatian, tidak hanya dari segi pemerintahan saja dengan segala upaya dan program-program penggalakan literasi, terutama literasi numerasi, namun kita sebagai objek dan masyarakat Indonesia harus turut andil dan memiliki kesadaran diri untuk mulai membudidayakan berliterasi, tidak hanya literasi numerasi, namun literasi berbahasa, juga literasi matematika/numerasi. Dengan kata lain, tindak kolaborasi antar pihak sangatlah dibutuhkan.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan rendahnya tingkat numerasi di Indonesia antara lain : Pertama, biasanya dan kebanyakan orang berpandangan bahwa kegiatan numerasi hanya berhubungan dengan hitung menghitung saja dan tentu mengaitkannya dengan MATEMATIKA. Sekali lagi MATEMATIKA, hal yang dianggap momok untuk hampir semua orang, tidak hanya di Indonesia bahkan di luar negri juga. Padahal sesuai dengan definisi literasi numerasi itu sendiri, mengatakan bahwa tidak hanya melakukan kegiatan hitung menghitung saja, namun ada juga kegiatan secara matematis yang lainya juga. Stigma awal tersebut, menjadikan MATEMATIKA momok menjadikan masyarakat enggan untuk bernumerasi. Kedua, masyarakat tidak tahu atau tidak sadar, bahwa kegiatan bernumerasi sangatlah erat kaitannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Mereka belum sadar sepenuhnya, bahwasanya dengan bernumerasi, kita dapat memeperoleh alternatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan kehidupan, sebab hampir semua aspek kehidupan berkaitan dengan kegiatan numerasi.

C. Kasus-kasus yang berhubungan dengan Literasi Numerasi

a. Miskonsepsi Dasar Literasi Numerasi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline