Masih terngiang dalam ingatan:
Cerita sejarah masa kau membantu mengusir penjajah, tentang duka nestapa hidup di hutan rimba, tentang binatang yang kerap kau jumpai dalam wujud tak biasa, desingan peluru yang tak mempan ditubuh kekarmu itu
Tentang nasib harus terpisah dari keluarga, kelaparan, hidup bak manusia srigala apa yang ada didepanmu itulah musuhmu, bazoka yang tertenteng dengan gagah berani, juga auman dinamit berseliweran diatas kepalamu
Masih terngiang dalam ingatan :
Selepas senja tiba, ditatanya tumpukan roti, gelas-gelas yang sudah terisi kopi dan gula, dipinggir jalanan Cicadas, lapak itu kau gelar penuh semangat, demi kami yang kerap menunggu hasilnya, berupa sisa roti yang tak habis terjual
Pernah sekali kau hardik diriku sampai aku ketakutan, saat ku kunjungi lapakmu, sekedar iseng masa kanak-kanak, kau katakan "bukannya sholat dan ngaji malah kesini" dengan mimik muka menyeramkan, waktu itu
Masih terngiang dalam ingatan :
Banyolan dan keisenganmu yang suka menirukan gaya koboy, lantas kami dibuatnya terpingkal-pingkal, recehan hasil keringat dari saku bajumu kerap jadi incaran kami, juga buah tanganmu yang selalu membuat kami menunggu didepan pintu rumah, berupa sekeranjang buah-buahan
Itu ingatan masa kecilku, selebihnya kita jarang bersua, karena keadaan yang mengharuskan kami bercerai-berai, tapi selalu ada waktu titik temu entah kapan waktunya, kemiskinan telah mengeja simpul tali persaudaraan
Masih terngiang dalam ingatan :
Dalam wujudmu kini terpangpang derita dari rasa sakit bertahun-tahun, tubuh kekarmu tiada lagi, berganti balutan kulit yang sebagian mulai melepuh, pijakan kaki itu tak mampu menopang tubuh rentamu, terbaring tak berdaya, tersisa tatapan hampa dengan linangan disudut matamu kala aku menyapamu