Rumah yang indah dan nyaman adalah impian semua orang. Demikian pula kami, pascapensiun kami ingin membangun rumah tinggal yang nyaman di kampung halaman. Rumah yang luas, mempunyai banyak ruang dengan jendela lebar-lebar. Supaya nyaman untuk tempat berkumpulnya sanak saudara.
Sementara rumah lama di luar Jawa kami jual karena tidak ada yang mengurusnya.
Dua tahun sebelum pensiun, suami sudah memesan gambar desain rumah tinggal. Kebetulan ada teman seorang arsitek muda yang membantu membuatkannya dengan harga "teman". Lahan yang rencana akan didirikan rumah pun telah disiapkan. Sudah mulai dilakukan pengerjaan pengurukan tanah dan pembuatan pagar keliling. Dalam kurun waktu tiga bulan selesai.
Suamiku sudah mulai sounding ke beberapa teman untuk mencari jasa kontraktor yang dapat membangun rumah sesuai dengan desain gambar dan budget yang kami siapkan. Dengan mempertimbangkan plus minusnya memakai jasa kontraktor, akhirnya suami memutuskan untuk mengelola pembangunan rumah secara pribadi dengan menggunakan jasa tukang lokal yang sudah berpengalaman. Mereka akan bekerja dalam satu tim yang terdiri dari seorang mandor, beberapa tukang dengan keahlian yang berbeda, dan beberapa helper. Alhamdulillah pembangunan rumah selesai dikerjakan sesuai target. Rumah baru kami siap dihuni.
Setelah beberapa hari menempati rumah baru, kami merasa ada sesuatu yang kurang. Jika semua jendela ditutup, ruangan terasa panas. Rumah kami memiliki satu ruang tamu, dua ruang keluarga , lima kamar tidur. Semua ruang luas dan berjendela full kaca yang berukuran hampir selebar ruangan masing-masing.
Namun mengapa di semua ruangan (kecuali kamar tidur yang ber-AC), udara terasa panas, terutama pada malam hari? Sedangkan jarak lantai ke plafon rumah cukup tinggi, 4.8 meter. Seharusnya sudah tidak panas.
Setelah kami amati lagi dengan saksama, kami baru menyadari bahwa gambar desain rumah tidak terdapat lubang ventilasi/angin-angin. Semua ruangan rumah didesain memakai AC. Masya Allah. Berapa budget yang harus kami keluarkan jika semua ruangan menggunakan AC? Kami harus mencari solusinya, karena membongkar tembok untuk memasang lubang ventilasi tidak mungkin dilakukan. Akhirnya, untuk membuat ruangan agar tetap sejuk, kami selalu membuka kaca jendela pada siang hari. Kebetulan lahan di samping kanan, kiri, depan, dan belakang rumah masih luas. Kami menanam pohon pule dan membuat taman di sekitar rumah. Jika malam hari kami memakai kipas angin di setiap ruangan. Beruntung, plafon rumah yang tinggi dibuat model trap. Sehingga bisa sedikit membantu sirkulasi udaranya.
Sampai saat ini, kami masih mencari solusi lain untuk mengurangi hawa panas di ruangan rumah kami. Termasuk rencana memasang kipas gantung atau membuat kolam kecil dengan pancuran air di dalam ruang keluarga.
Ibarat nasi sudah menjadi bubur. Kami nikmati saja buburnya. Membubuhkan kecap atau kaldu jamur supaya bubur nikmat disantap.
Menyimak kasus yang kami alami, bisa dijadikan pelajaran. Sebelum membangun rumah, perhatikan detail gambarnya. Jangan sampai terjadi seperti yang kami alami, setelah rumah jadi baru menyadari ada yang salah dalam rancang bangunnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H