Lihat ke Halaman Asli

Bocah

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mereka disana, dengan segala keraguan di depan mata. Kehidupan yang menjadi realita di dunia. Mereka disana dengan segala kelemahan dan kekuatannya. Mereka disana dengan sedikit harapan, tapi mungkin besar harapan untuk kehidupan yang lebih baik, setidaknya untuk di dunia…
Tadi, baru saja aku lihat lagi pemandangan yang sebenarnya biasa, namun tetap tidak enak. aku lihat balita mungkin usia 3th yang bermain sendiri di trotoar menemani atau dipaksa menemani ibunya mengemis. Ya Allah, hatiku tidak tersentuh tapi terluka melihatnya,,.. Dengan wajah polos dan kumal dia terus memainkan jari-jari mungilnya di trotoar yang kotor saat itu. Tertunduk-tunduk bocah itu, dengan asyik bermain sendiri, yang akupun tidak mengerti permaianan apa yang sedang dilakukannya. Yang aku lihat, anak itu sedang asyik,..
Hi lil’angle (kamu sedkit mengingatkanku pada lelaki gondrong yang aku temui di stasiun jogja saat itu, dia begitu mencintai anak-anak, aku suka lelaki pecinta anak-anak sepertimu =))
Aku punya cerita untukmu bocah,
Ya, kau lil’ angle di dunia ini. walaupun kau kumal, menghabiskan waktu dan hidup kecilmu di jalan yang sebenarnya bukan tempatmu. Hei, bocah ingusan, ingin sekali aku ajak bermain kamu. Padahal trotoar disampingmu itu sebuah bangunan yang ramai orang didalamnya. Banyak permaianan dan mainan yang bisa kau nikmati disana, dipinggirmu wahai bocah. Tapi sayang, hanya sebuah sayang,…
Bocah, apa kau sudah makan saat itu, apa kau sudah mendapat pelukan ibumu hari itu, sudahkah kau minum susu, sudahkah kau mandi bocah, sudahkan kau bermain bersama teman-temanmu, sudahkah kau tersenyum hari ini??? hei bocah, kau membuat pipiku basah melihat tingkahmu. Tingkah polos yang kau lakukan, seakan tidak ada apa-apa. Dan memang kau tidak mengerti sedang apakah dunia ini memperlakukanmu, jangan salahkan ibu atau ayahmu jika kau sudah besar nanti,. Justru bahagiakan mereka ya, tidak sayang. Ini bukan mau mereka, keadaan dan takdir yang bicara disini. Pemimpin kita sudah pintar mengambil kebijakan namun terlalu bodoh dan tidak becus untuk mengambil tindakan untuk kalian. Bersabarlah dan berusahalah untuk menjadi manusia yang bisa berbuat jangan seperti aku, yang hanya bisa membicarakanmu, namun aku tidak berbuat banyak untukmu,….
Maafkan aku bocah
Bocah, disana akupun melihat lagi temanmu sedang mengais cowet. Kau tau, aku kira umurnya baru 4th, dengan 2 cowet yang aku kira pasti berat jika ditanggung oleh pundak sekecil itu. Dan aku hanya bisa melihatnya, hanya melihatnya karena aku hanya melewati jalan tmptnya berjualan itu. Kau tau bocah, hatiku sama terlukanya ketika melihatmu. Dia tidak sendiri, bersama temannya atau mungkin kakaknya disampingnya. Dengan tertatih dia menyusuri mobil ke mobil untuk menawarkan cowet mereka. Aku ingin menangis saat itu sayang, tapi aku malu, aku sedang di angkot. Sekuat tenaga aku menahannya, dan aku sanggup.
Tidak sedikit teman-temanmu yang senasib sepertimu bocah, apakah kau bisa melihatnya? Aku rasa tidak kan, sekarang usiamu hanya untuk mengenal dunia, disayang orangtuamu, makan dan bermain sepuasnya. Hei, kau mendengarkan aku tidak? Tanyaku. Bocah itu menengadah melihatku, lalu tertunduk lagi memainkan jemarinya di atas trotoar kotor itu.
Bocah, kau tau. Aku sakit hati karena belum bisa berbuat banyak untuk kalian. Masalahku tidak satu, dan aku belum dewasa untuk menyelesaikannya. Kadang aku terlalu dipusingkan dengan masalah yang tidak begitu penting dari kalian, tapi ya itu aku. Aku terlalu bodoh untuk berbuat. Samakah aku dengan pemimpin2 kita??? Bocah, hei,…
Kau tau, aku sedang termenung sekarang. Menulis tentang kalian, namun aku hanya bisa menulis. Sebenarnya aku ingin melihat kalian tersenyum lalu tertawa, tertawa yang sebenanrnya. Aku tidak ingin melihat kalian di sisi jalan dan trotoar lagi. Aku tidak ingin kalian tidur di pinggir jalan yang dilewati orang-orang. Aku tau kalian kedinginan namun kalian ngantuk bukan, kalian lelah. Ia kan? Jawab aku bocah. Tidakkah kau sakit berjalan tanpa menggunakan alas untuk kaki mungilmu?? Bocah, lihat aku! Kenapa kau bergeming saja,….
Bagaimana masa depanmu nanti, bagaimana sekolahmu, tentaang agama siapa yang akan mengajarimu, siapa yang akan mengenalkan kalian pada dunia yang indah sekaligus kehidupannya, siapa yang akan mengejarimu tentang menjadi manusia yang manusia, siapa yang peduli padamu, pada kalian? Siapa? Apakah mereka yang menamakan diri mereka pemimpin bisa membantumu? Apakah orang2 yang lewat di denamu bisa menyekolahkanmu,.. hah, melirikpun tidak sayang, jangan harapkan mereka. Lalu siapa,?? Siapa??
Bocah itu tetap dengan kebisuannya,…
Kali ini dia sepertinya kelelahan dan tertidur didepanku, ditrotoar kotor itu, dengan ocehanku tentang dirinya
Bocah, dengarkan aku! Dengarkan!!!
Dia tetap bergeming dengan mata tertutup namun tersenyum, tergeletak lemah didepanku. Meringkuk kedinginan padahal ini panas bocah.
Wajahnya memutih pasi
Aku menyerah, aku tak kau indahkan. Dan aku meninggalkannya, aku tidak menyerah bocah, aku pergi sejenak. Aku akan memperjuangkanmu, tunggu aku. Aku berjanji padamu……
Dan tetesan sakitku mengalir begitu saja, iloveu
Lil’ angle

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline