Lihat ke Halaman Asli

Jujun Junaedi

TERVERIFIKASI

Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Alun-Alun Bandung, Rumah Kedua bagi Semua yang Mengundang Berjuta Cara Bahagia

Diperbarui: 19 Januari 2025   15:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana Alun-Alun Bandung, Jawa Barat, Sabtu (18/1/2025). | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Sabtu sore kemarin, (18/1/2025) suasana syahdu menyelimuti Kota Bandung. Saya dan keluarga memutuskan untuk menghabiskan waktu di tempat yang sudah tidak asing lagi, yaitu Alun-Alun Bandung. Setibanya di sana, pemandangan yang begitu akrab menyambut kami. Anak-anak kecil berlarian riang di atas rumput sintetis hijau yang luas, sementara para orang tua duduk santai di bangku taman sambil menikmati semilir angin.

Alun-Alun Bandung, bagi saya, lebih dari sekadar taman kota. Tempat ini adalah rumah kedua, sebuah ruang publik yang inklusif di mana siapa saja bisa datang dan merasa nyaman. Tidak hanya warga Bandung, pengunjung dari berbagai daerah pun terlihat memadati setiap sudut alun-alun. Ada yang datang bersama keluarga, teman, atau bahkan sendirian.

Di halaman depan Masjid Raya Bandung, kami menemukan banyak keluarga yang sedang menggelar tikar. Anak-anak bermain layang-layang, sementara orang tua sibuk mengobrol sambil sesekali mengabadikan momen bersama kamera ponsel. Suasana kekeluargaan begitu terasa. Anak saya pun tidak mau ketinggalan, ia asyik bermain bersama teman-temannya.

Salah satu hal yang membuat saya kagum adalah keberagaman aktivitas yang bisa dilakukan di Alun-Alun Bandung. Selain menjadi tempat bermain anak-anak, alun-alun ini juga sering dijadikan lokasi untuk berolahraga, seperti jogging, bersepeda, atau sekadar jalan santai.

Bagi para pecinta seni, alun-alun sering menjadi panggung bagi para seniman jalanan untuk menampilkan pertunjukannya. Sementara bagi para pengunjung yang ingin bersantai, mereka bisa memilih untuk duduk di bangku atau menikmati kuliner yang dijual oleh para pedagang kaki lima.

Alun-Alun Bandung sebagai Ruang Publik yang Inklusif

Alun-Alun Bandung bukan sekadar taman kota, melainkan cerminan keberagaman masyarakat Bandung. Di sini, batas-batas sosial seolah sirna. Anak-anak muda dengan gaya berpakaian trendi berbaur dengan para lansia yang mengenakan pakaian sederhana. Pedagang kaki lima menjajakan makanan khas Bandung, sementara seniman jalanan menampilkan pertunjukan yang memukau. Semua berkumpul dalam satu ruang yang sama, menciptakan harmoni yang indah.

Inklusivitas Alun-Alun Bandung juga tercermin dari fasilitas yang disediakan. Selain area bermain anak, terdapat juga jalur khusus untuk pejalan kaki dan pesepeda. Ruang terbuka hijau yang luas memungkinkan pengunjung untuk melakukan berbagai aktivitas fisik, seperti yoga, tai chi, atau sekadar duduk-duduk santai sambil menikmati pemandangan. Bagi pengunjung yang ingin beribadah, Masjid Raya Bandung yang megah berdiri kokoh di sebelah alun-alun.

Lebih dari itu, Alun-Alun Bandung juga menjadi ruang publik yang ramah bagi penyandang disabilitas. Terdapat jalur khusus untuk kursi roda, serta fasilitas toilet yang ramah disabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Bandung berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang inklusif bagi semua warganya.

Alun-Alun Bandung sebagai Pusat Aktivitas Masyarakat

Alun-Alun Bandung sebagai Pusat Aktivitas Masyarakat memang tak terbantahkan. Setiap sudutnya menyajikan cerita dan aktivitas yang berbeda. Di sisi barat, dekat dengan Masjid Raya Bandung, seringkali menjadi titik kumpul bagi para pengaji Al-Qur'an. Suara merdu mereka membaur dengan kicauan burung kecil diatap masjid, menciptakan harmoni yang menenangkan. Sementara di sisi timur, anak-anak muda kerap berkumpul untuk bermain skateboard atau sekadar mengobrol santai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline