Generasi Z, kelompok demografis yang lahir pada pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, telah memasuki dunia kerja dan membawa angin segar yang penuh dengan potensi.
Dikenal dengan kecakapan teknologi yang tinggi, aksesibilitas informasi yang luas, dan semangat kolaborasi, Gen Z seringkali digambarkan sebagai generasi inovator yang siap mengubah lanskap bisnis.
Namun, di sisi lain, ada juga anggapan bahwa mereka lebih cenderung menjadi pengikut tren, terjebak dalam arus informasi yang deras tanpa memiliki pemikiran kritis yang mendalam.
Inovator Muda dengan Ide-Ide Brilian
Gen Z, generasi yang lahir di era digital, membawa serta kecakapan teknologi yang tak tertandingi. Mereka tumbuh besar dengan smartphone di tangan, media sosial sebagai ruang ekspresi, dan internet sebagai sumber informasi tak terbatas.
Akibatnya, mereka memiliki pemahaman intuitif tentang teknologi yang seringkali membuat generasi sebelumnya terkesima.
Namun, di balik kecakapan teknologi yang mumpuni, terdapat juga potensi untuk terjebak dalam gelembung informasi dan kesulitan untuk memfilter informasi yang relevan.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi mereka dalam menghadapi kompleksitas dunia kerja yang sebenarnya.
Keingintahuan yang tinggi dan semangat belajar yang tak kenal lelah menjadi ciri khas Gen Z. Mereka tidak ragu untuk mencoba hal-hal baru dan mencari solusi inovatif untuk masalah yang ada.
Namun, terkadang, semangat ini dapat memicu keinginan untuk menyelesaikan segala sesuatu dengan cepat, tanpa melalui proses perencanaan yang matang.
Akibatnya, proyek-proyek yang mereka kerjakan dapat terbengkalai atau tidak mencapai hasil yang optimal.