Lihat ke Halaman Asli

Jujun Junaedi

TERVERIFIKASI

Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Mengubah Multi Krisis Menjadi Peluang: Restorasi Berkelanjutan untuk Alih Fungsi Lahan

Diperbarui: 8 Desember 2024   08:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - Mengajarkan anak sejak dini untuk mencintai pohon. | Image by Freepik/jcomp.

Dunia saat ini tengah menghadapi berbagai tantangan kompleks yang saling terkait, yang sering disebut sebagai multi krisis. Perubahan iklim, degradasi lingkungan, ketidakamanan pangan, dan ketidaksetaraan sosial adalah beberapa di antaranya.

Di tengah kompleksitas masalah ini, alih fungsi lahan muncul sebagai salah satu akar penyebab utama. Namun, alih fungsi lahan bukan hanya sebuah masalah, tetapi juga sebuah peluang untuk melakukan transformasi besar-besaran menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.

Memahami Dampak Alih Fungsi Lahan

Memahami dampak alih fungsi lahan merupakan langkah krusial dalam merumuskan solusi yang efektif. Hilangnya hutan, degradasi lahan, dan perubahan tata air adalah konsekuensi langsung yang mengancam keanekaragaman hayati dan stabilitas ekosistem.

Lebih jauh lagi, alih fungsi lahan berkontribusi pada perubahan iklim melalui peningkatan emisi gas rumah kaca dari deforestasi dan degradasi lahan. Dampak sosialnya pun tak kalah signifikan, mulai dari konflik agraria hingga migrasi penduduk akibat hilangnya mata pencaharian.

Namun, di balik tantangan besar ini tersimpan peluang emas untuk membangun kembali ekosistem yang rusak, menciptakan lapangan kerja hijau, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Salah satu dampak paling mencolok dari alih fungsi lahan adalah peningkatan risiko bencana alam. Hilangnya hutan sebagai penyangga alam membuat daerah menjadi lebih rentan terhadap banjir, longsor, dan kekeringan.

Di samping itu, alih fungsi lahan juga dapat memicu perubahan pola curah hujan dan meningkatkan suhu udara. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya restorasi ekosistem secara besar-besaran, seperti reboisasi, revegetasi, dan pembangunan sistem peringatan dini bencana.

Selain itu, penting juga untuk mengintegrasikan pengelolaan sumber daya air dengan perencanaan tata ruang untuk mengurangi risiko bencana hidrologi.

Dampak alih fungsi lahan terhadap ketahanan pangan juga tidak dapat diabaikan. Konversi lahan pertanian menjadi kawasan non-pertanian mengancam produksi pangan dan dapat memicu kenaikan harga pangan.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang terintegrasi yang melibatkan diversifikasi produksi pertanian, pengembangan teknologi pertanian yang ramah lingkungan, dan peningkatan akses pasar bagi petani. Selain itu, penting untuk mendorong konsumsi pangan yang berkelanjutan dan mengurangi limbah makanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline