Stunting, permasalahan gizi kronis pada anak balita, menjadi tantangan serius bagi Indonesia. Anak stunting cenderung memiliki pertumbuhan fisik dan perkembangan otak yang terhambat, sehingga berdampak pada kualitas hidup dan produktivitas di masa depan.
Untuk mengatasi masalah ini, upaya pencegahan harus dimulai sejak dini, salah satunya melalui pendidikan pra-nikah.
Penghulu, sebagai tokoh sentral dalam proses pernikahan, memiliki peran yang sangat krusial dalam upaya pencegahan stunting. Dalam bimbingan pra-nikah, penghulu tidak hanya membahas aspek keagamaan dan hukum pernikahan, tetapi juga memberikan edukasi mengenai kesehatan reproduksi, gizi, dan pentingnya perencanaan keluarga.
Mengapa pendidikan pra-nikah penting dalam mencegah stunting?
Pendidikan pra-nikah menjadi fondasi kokoh dalam membangun keluarga yang sehat dan berkualitas. Selain memberikan pemahaman tentang gizi seimbang, pentingnya perencanaan kehamilan, dan kunjungan antenatal, pendidikan ini juga membekali calon orang tua dengan keterampilan komunikasi yang efektif, manajemen konflik, dan pengasuhan anak.
Dengan bekal yang cukup, pasangan dapat menciptakan lingkungan keluarga yang hangat, aman, dan kondusif bagi tumbuh kembang anak.
Stunting tidak hanya berdampak pada fisik anak, tetapi juga pada perkembangan kognitif dan sosial emosionalnya. Anak stunting cenderung memiliki kemampuan belajar yang lebih rendah, kesulitan berkonsentrasi, dan rentan mengalami masalah perilaku. Dalam jangka panjang, stunting dapat menghambat produktivitas individu dan negara.
Oleh karena itu, pencegahan stunting harus menjadi perhatian bersama, tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga dari seluruh lapisan masyarakat, termasuk para penghulu sebagai ujung tombak dalam memberikan layanan bimbingan pra-nikah.
Selain memberikan materi tentang kesehatan reproduksi dan gizi, penghulu juga dapat berperan sebagai motivator bagi calon pengantin untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh. Dengan memberikan contoh-contoh nyata dan kisah inspiratif, penghulu dapat membangkitkan semangat calon pengantin untuk hidup sehat dan membesarkan anak dengan baik.
Selain itu, penghulu juga dapat melibatkan tokoh masyarakat, seperti tokoh agama atau tokoh adat, untuk memberikan dukungan dan motivasi kepada calon pengantin.
Dalam era digital, informasi dapat dengan mudah diakses melalui internet. Namun, tidak semua informasi yang beredar di internet akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.