Lihat ke Halaman Asli

Jujun Junaedi

Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Mengapa Pabrik Sering Didominasi Tenaga Kerja Wanita?

Diperbarui: 12 Oktober 2024   10:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aktivitas buruh perempuan di pabrik perakitan barang elektronik di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (10/10/2019). | kompas.id

Artikel ini akan mengupas tuntas fenomena dominasi tenaga kerja wanita di berbagai pabrik, khususnya di industri-industri tertentu. Kita akan menggali berbagai faktor yang melatarbelakangi kondisi ini, mulai dari perspektif historis, sosial budaya, hingga dinamika ekonomi. Pemahaman yang komprehensif terhadap isu ini penting untuk membangun kebijakan yang lebih inklusif dan adil di dunia kerja.

Peran Historis dan Stereotipe Gender

Pertama, pembagian peran tradisional. Sejak dulu, perempuan sering diidentikkan dengan pekerjaan domestik dan dianggap lebih cocok untuk pekerjaan yang bersifat repetitif dan memerlukan ketelitian tinggi. Stereotipe ini kemudian terbawa ke dunia kerja formal.

Ide bahwa perempuan lebih cocok untuk pekerjaan domestik dan pekerjaan yang bersifat repetitif telah mengakar kuat dalam masyarakat selama berabad-abad. Pandangan ini seringkali didasarkan pada konstruksi sosial tentang gender yang membatasi peran perempuan dan laki-laki.

Akibat dari stereotip gender ini, perempuan seringkali tidak diberikan akses yang sama terhadap pendidikan dan pelatihan yang berkualitas, terutama dalam bidang-bidang yang dianggap "maskulin" seperti sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM). Hal ini membatasi pilihan karier mereka dan mendorong mereka ke pekerjaan-pekerjaan yang dianggap lebih sesuai dengan gender mereka.

Masyarakat seringkali memiliki ekspektasi yang berbeda terhadap perempuan dan laki-laki dalam dunia kerja. Perempuan diharapkan lebih sabar, patuh, dan bersedia menerima gaji yang lebih rendah. Sementara itu, laki-laki diharapkan lebih ambisius, agresif, dan berorientasi pada karier. Ekspektasi-ekspektasi ini menciptakan hambatan bagi perempuan untuk mencapai posisi kepemimpinan dan mendapatkan gaji yang setara dengan laki-laki.

Norma gender yang terinternalisasi dalam organisasi seringkali memperkuat ketidaksetaraan gender. Misalnya, pertemuan bisnis seringkali diadakan di tempat-tempat yang tidak ramah bagi perempuan, seperti bar atau restoran yang didominasi oleh laki-laki. Selain itu, bahasa yang digunakan dalam lingkungan kerja seringkali mengandung bias gender yang merendahkan perempuan.

Contoh konkret di industri tekstil: Industri tekstil seringkali didominasi oleh pekerja perempuan karena pekerjaan-pekerjaan di industri ini dianggap lebih cocok untuk perempuan, seperti menjahit dan merangkai benang. Pekerjaan-pekerjaan ini seringkali dikaitkan dengan ketelitian dan kesabaran, yang merupakan sifat-sifat yang sering dikaitkan dengan perempuan.

Intinya, pembagian peran tradisional yang mengidentikkan perempuan dengan pekerjaan domestik dan pekerjaan yang bersifat repetitif telah memberikan dampak yang signifikan terhadap partisipasi perempuan dalam dunia kerja. Stereotipe gender, ekspektasi masyarakat, dan norma gender di tempat kerja telah menciptakan hambatan bagi perempuan untuk mencapai kesetaraan gender dalam dunia kerja. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya kolektif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, pengusaha, serikat pekerja, dan masyarakat secara keseluruhan.

Kedua, revolusi industri dan migrasi. Selama revolusi industri, banyak perempuan dari pedesaan bermigrasi ke kota untuk bekerja di pabrik. Mereka dianggap sebagai tenaga kerja yang murah dan mudah diatur.

Selama Revolusi Industri, fenomena migrasi perempuan dari pedesaan ke kota untuk bekerja di pabrik bukanlah sekadar perpindahan geografis, melainkan sebuah pergeseran besar dalam peran dan status sosial perempuan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline