Lihat ke Halaman Asli

Jujun Junaedi

Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Gen Z di Tempat Kerja, Pemikir Krisis atau Pemikir Kritis?

Diperbarui: 1 Oktober 2024   08:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi generasi Z.(Freepik/ tirachardz)

Generasi Z, lahir di era digital yang serba cepat, seringkali dipandang sebagai generasi yang penuh dengan ketidakpastian. Stereotipe yang melekat pada mereka adalah sebagai generasi yang "mudah menyerah", "tidak sabar", dan "cenderung mencari jalan pintas".

Namun, pandangan ini perlu diuji lebih mendalam. Apakah generasi Z benar-benar hanya pemikir krisis, atau justru mereka memiliki potensi besar sebagai pemikir kritis yang dapat membawa perubahan di dunia kerja?

Pemikir Krisis vs Pemikir Kritis

Sebelum membahas lebih lanjut, penting untuk membedakan antara pemikir krisis dan pemikir kritis.

Pemikir krisis cenderung melihat masalah sebagai ancaman dan kesulitan yang harus dihindari. Mereka seringkali merasa cemas dan khawatir tentang masa depan.

Sedangkan, pemikir kritis adalah individu yang mampu menganalisis informasi, mengevaluasi argumen, dan mengambil keputusan secara rasional. Mereka melihat masalah sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh.

Generasi Z: Potensi Pemikir Kritis

Meskipun sering disalahpahami, generasi Z memiliki potensi besar sebagai pemikir kritis. Berikut beberapa alasannya:

Tumbuh di Era Digital

Generasi Z telah terpapar teknologi sejak usia dini. Hal ini membuat mereka terbiasa dengan informasi yang berlimpah dan mampu mengakses berbagai sumber pengetahuan dengan mudah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline