Lihat ke Halaman Asli

Jujun Junaedi

Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Mengapa Film G30S/PKI Masih Diputar dan Relevansi Hingga Kini

Diperbarui: 29 September 2024   18:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - Nonton film G30S/PKI | Tangkapan layar youtube mh yasin tv

Setiap tahun, menjelang akhir September, sebuah film dokumenter kembali menjadi perbincangan hangat. Film yang menggambarkan peristiwa berdarah 30 September 1965 ini seolah memiliki kekuatan magis yang mampu menghidupkan kembali perdebatan yang tak kunjung usai.

Mengapa, setelah puluhan tahun berlalu, film G30S/PKI masih begitu relevan dan terus diputar? Film G30S/PKI, sejak pertama kali dirilis, masih menjadi topik perbincangan yang hangat dan seringkali kontroversial. Ada beberapa alasan mengapa film ini terus diputar dan dianggap relevan hingga saat ini:

Sebagai Pengingat Sejarah

Film ini seringkali dianggap sebagai pengingat akan peristiwa kelam yang pernah terjadi di Indonesia. Tujuannya adalah agar generasi muda tidak melupakan sejarah dan dapat mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut.

Namun, apakah film ini adalah media pendidikan yang efektif? Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa film dokumenter yang lebih netral dan objektif akan lebih baik dalam menyampaikan fakta sejarah kepada generasi muda.

Kemudian, film ini seringkali hanya menyajikan satu perspektif sejarah. Perspektif korban, misalnya, seringkali terpinggirkan dan tidak mendapat ruang yang cukup dalam film ini.

Pertanyaannya, apakah film dokumenter adalah satu-satunya cara untuk mengajarkan sejarah? Metode pembelajaran yang interaktif, seperti diskusi kelas, studi kasus, atau kunjungan ke museum, juga dapat menjadi cara yang efektif untuk menyampaikan pemahaman yang lebih mendalam tentang sejarah.

Mencegah Terulangnya Peristiwa

Pemutaran film ini juga bertujuan untuk mencegah terulangnya peristiwa serupa di masa depan. Dengan mengingat sejarah, diharapkan masyarakat dapat lebih waspada terhadap ancaman-ancaman yang dapat memecah belah bangsa.

Namun, apakah film ini benar-benar efektif dalam mencapai tujuan tersebut? Beberapa kritikus berpendapat bahwa cara pandang yang terlalu hitam putih dalam film justru dapat mempersempit ruang dialog dan menghambat proses rekonsiliasi.

Selain itu, dampak psikologis dari film ini perlu dipertimbangkan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tayangan kekerasan yang berlebihan dapat memicu trauma dan fobia, terutama pada anak-anak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline