Lihat ke Halaman Asli

Jujun Junaedi

Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Review Film Tone Deaf: Perang Generasi dan Pentingnya Komunikasi Saling Pengertian Antar Generasi

Diperbarui: 31 Agustus 2024   11:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - Clip Film Tone Deaf | Tangkapan Layar Youtube Obsidian Ross

Dalam lanskap film horor-komedi yang semakin semarak, "Tone Deaf" hadir sebagai sebuah gebrakan segar. Film ini (rilis 2019) tidak hanya menyuguhkan jump scares dan lelucon yang menggelitik, tetapi juga menyajikan komentar sosial yang tajam tentang konflik generasi.

Dengan cerdas, sutradara berhasil menggabungkan elemen horor dengan satire untuk menciptakan sebuah tontonan yang menghibur sekaligus menggugah pemikiran. Sutradara berhasil memadukan dua genre yang berbeda, yaitu horor yang biasanya menimbulkan rasa takut atau ngeri, dan satire yang seringkali digunakan untuk menyindir atau mengkritik suatu hal. Penggabungan ini menciptakan nuansa yang unik dan menarik.

Sinopsis Singkat

"Tone Deaf" mengisahkan Olive, seorang milenial yang terpaksa kembali ke rumah masa kecilnya setelah mengalami kegagalan dalam karirnya. Di sana, ia harus menghadapi ayahnya yang eksentrik dan penuh rahasia, Harvey. Konflik antara keduanya semakin memanas ketika Olive mulai menyadari bahwa ada kekuatan supranatural yang menghantui rumah tersebut.

Ternyata, rumah tua itu menyimpan rahasia kelam yang jauh lebih dalam daripada yang pernah Olive bayangkan. Seiring berjalannya waktu, gangguan-gangguan supranatural semakin intens dan mengancam keselamatan Olive. Ia harus berusaha mengungkap misteri di balik kekuatan-kekuatan tersebut sebelum terlambat. Ketakutan dan rasa penasarannya pun saling bercampur aduk, menciptakan atmosfer mencekam yang membuat penonton tidak bisa berhenti bertanya-tanya.

Konflik antara Olive dan Harvey semakin memanas ketika mereka berusaha mencari tahu asal-usul kekuatan supranatural yang mengganggu rumah mereka. Di tengah ketegangan dan ketakutan, keduanya mulai memahami satu sama lain dengan cara yang berbeda. Masa lalu yang kelam dan rahasia keluarga yang terkubur perlahan terungkap, memaksa mereka untuk menghadapi kenyataan pahit dan memperbaiki hubungan yang retak.

Analisis Karakter

Olive: Sebagai representasi generasi milenial yang diperankan Amanda Crew, digambarkan sebagai sosok yang individualis, berorientasi pada karier, dan kurang sabar. Namun, di balik sikapnya yang keras kepala, Olive juga memiliki sisi rentan dan mencari pengakuan dari ayahnya.

Harvey: Karakter ayah yang diperankan oleh Robert Patrick ini adalah perwujudan dari generasi baby boomer yang keras kepala, kolot, dan penuh rahasia. Harvey menyimpan dendam terhadap generasi muda dan memiliki pandangan yang sangat konservatif.

Konflik Generasi sebagai Inti Cerita

Konflik antara Olive dan Harvey menjadi benang merah yang menghubungkan seluruh peristiwa dalam film. Perbedaan nilai, gaya hidup, dan pandangan dunia antara keduanya menjadi sumber utama ketegangan. Melalui karakter-karakter ini, "Tone Deaf" menyoroti masalah-masalah yang sering muncul dalam hubungan antara orang tua dan anak, terutama dalam konteks perbedaan generasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline