Lihat ke Halaman Asli

Jujun Junaedi

Penulis dan Pendidik dari Bandung

Mengenal Buah Geredog, Si Bulat Kaya Manfaat yang Kini Mulai Langka dan Perlu Dibudidayakan

Diperbarui: 18 Agustus 2024   18:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - Buah Geredog | Tangkapan Layar Youtube Mukbang Saayana

Mari kita kenali dan bahas lebih dalam tentang geredog, buah unik yang kaya manfaat namun sayangnya mulai langka

Apa itu Geredog?

Geredog, atau dalam bahasa ilmiahnya Ficus racemosa, adalah sejenis pohon buah-buahan yang berasal dari Asia Tenggara. Buah geredog (sebutan di daerah Sunda, Jawa Barat) memiliki bentuk bulat hingga oval dengan kulit yang berwarna hijau saat muda dan berubah menjadi kekuningan (kuning) saat matang. Daging buahnya berwarna kuning, lembut, dan memiliki rasa yang manis, asam segar.

Buah geredog tidak hanya enak segar, tetapi juga kaya akan manfaat bagi kesehatan. Kandungan vitamin C, serat, dan antioksidan di dalamnya sangat baik untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menjaga kesehatan pencernaan, serta melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Selain itu, buah geredog juga dipercaya dapat membantu menurunkan kadar gula darah dan kolesterol dalam tubuh.

Buah geredog seringkali dianggap mirip dengan buah mundu atau beberapa jenis buah tin lainnya. Meskipun memiliki kemiripan, namun geredog memiliki ciri khas tersendiri, baik dari segi rasa, tekstur, maupun kandungan nutrisinya.

Sayangnya, buah geredog kini semakin sulit ditemui. Perubahan tata guna lahan, minimnya minat generasi muda untuk membudidayakan tanaman tradisional, serta serangan hama dan penyakit menjadi beberapa faktor yang menyebabkan kelangkaan buah ini. Oleh karena itu, upaya pelestarian dan pengembangan budidaya geredog perlu dilakukan secara serius.

Mengapa Geredog Mulai Langka?

Beberapa faktor yang menyebabkan geredog semakin langka antara lain:

Pertama, perubahan tata guna lahan. Pertanian modern dan urbanisasi menyebabkan banyak lahan pertanian tradisional yang ditumbuhi pohon geredog beralih fungsi. Artinya bahwa lahan pertanian tradisional yang dulunya ditanami berbagai jenis tanaman, termasuk pohon geredog, kini berubah menjadi lahan dengan fungsi yang berbeda.

Kedua, kurangnya minat generasi muda. Generasi muda saat ini cenderung kurang tertarik untuk membudidayakan tanaman tradisional seperti geredog. Artinya kurangnya minat generasi muda untuk melanjutkan tradisi membudidayakan tanaman lokal seperti geredog.  Generasi muda saat ini lebih tertarik pada pekerjaan atau kegiatan lain yang dianggap lebih modern atau menjanjikan secara finansial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline