Lihat ke Halaman Asli

Jujun Junaedi 1

Penulis dan Pendidik dari Bandung

Puisi | Menjemput Takdir yang Hilang

Diperbarui: 20 Juli 2024   11:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - Puisi Menjemput Takdir yang Hilang (Dok. Pribadi)

Di persimpangan jalan sunyi, aku berdiri termenung
Mencari jejak takdir yang sirna ditelan kabut kelam
Langkah kaki gontai, hati dibalut pilu
Memburu secercah harapan di tengah gulita hampa

Bayangan masa lalu menari di pelupuk mata
Mimpi indah yang terlupakan, kini hanya cerita
Penyesalan menggerogoti jiwa yang rapuh
Mencari celah untuk kembali, meraih yang hilang

Langkahku terarah pada lorong remang-remang
Cahaya redup menerangi jalan yang terjal berliku
Di setiap sudut, kutemukan jejak perjuangan
Kisah-kisah inspiratif yang membakar semangat

Semangat yang hampir padam kini kembali berkobar
Tekad baja membakar jiwa yang terluka
Aku melangkah maju, pantang menyerah
Menjemput takdir yang hilang, meraih kembali bahagia

Langkahku penuh rintangan, penuh duri dan onak
Namun tekadku tak goyah, semangatku tak padam
Aku terus melangkah, pantang menyerah
Hingga takdir yang hilang kembali kutemukan

Di ujung lorong, kutemukan cahaya terang
Cahaya yang menuntun ku pada kebahagiaan
Takdir yang hilang kini kembali dalam genggaman
Bersama tekad dan semangat, ku raih kemenangan

Kini aku mengerti, takdir takkan pernah hilang
Hanya tersembunyi di balik rintangan dan cobaan
Dengan tekad dan semangat, kita dapat menjemputnya
Dan meraih kebahagiaan yang tak terkira.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline