Lihat ke Halaman Asli

Jujun Junaedi 1

Penulis dan Pendidik dari Bandung

[Puisi] Mata Hati Terusik

Diperbarui: 8 Juli 2024   05:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - Puisi Mata Hati Terusik (Dok. Pribadi)

Di balik kelopak mata yang terbuka lebar,
Terbentang panorama dunia yang penuh warna.
Namun, di balik gemerlapnya dunia fana,
Tersembunyi luka yang menganga di relung jiwa.

Mata hatiku terusik oleh nestapa,
Melihat derita yang tak terkira.
Ketidakadilan merajalela,
Menelanjangi nurani yang kian rapuh dan renta.

Telinga hatiku tersumbat oleh jeritan pilu,
Tangisan anak-anak kelaparan,
Rintihan kaum tertindas yang tak berdaya,
Meneriakkan keadilan yang tak kunjung tiba.

Hidung hatiku tercium aroma busuk,
Aroma keserakahan dan nafsu yang membabi buta.
Manusia saling berebut harta dan tahta,
Melupakan kasih sayang dan cinta sesama.

Lidah hatiku kelu dan getir,
Tak mampu merangkai kata-kata pembelaan.
Hanya bisikan doa yang kupanjatkan,
Semoga kedamaian dan cinta segera tercipta di dunia.

Kaki hatiku berat melangkah,
Terpaku pada kenyataan pahit yang dihadapi.
Namun, semangat juang takkan pernah padam,
Demi masa depan yang lebih cerah dan bercahaya.

Mata hatiku terusik, namun takkan pernah menyerah.
Akan terus berjuang melawan kegelapan,
Menebarkan benih-benih kebaikan,
Hingga cinta dan kasih sayang kembali bersemi di seluruh penjuru dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline