Lihat ke Halaman Asli

Jujun Junaedi 1

Penulis dan Pendidik dari Bandung

Segenggam Harapan

Diperbarui: 19 Juni 2024   17:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - Puisi segenggam harapan (Dok. Pribadi)

Di genggaman kecil, secercah asa kubawa,
Melangkah di jalan penuh rintangan dan duka.
Harapan yang kupupuk, bagai api di dada,
Menyinari langkah, di kala gelap menyapa.

Walaupun badai menerjang, tak henti kulangkah,
Menepis keraguan, yang ingin merenggut semangat.
Harapan yang kupupuk, bagai benteng di jiwa,
Melindungi diri, dari rasa putus asa.

Di setiap helaan napas, doa selalu kupanjatkan,
Agar harapan ini, terus bertunas dan bersemi.
Menjadi kekuatan, untuk melangkah maju,
Meraih mimpi dan cita-cita, yang terpendam di hati.

Walaupun terkadang, air mata membasahi pipi,
Harapan tak pernah pudar, di dalam relung hati.
Yakinlah selalu, bahwa esok lebih cerah,
Bersama secercah harapan, yang selalu ku bawa.

Catatan:

Puisi ini tentang kekuatan harapan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan. Harapan digambarkan sebagai secercah cahaya yang menerangi jalan di saat gelap, benteng yang melindungi dari rasa putus asa, dan kekuatan untuk melangkah maju. Puisi ini mengajak pembaca untuk selalu memiliki harapan, meskipun di tengah kesulitan, karena esok akan selalu lebih cerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline