Lihat ke Halaman Asli

Jujun Junaedi 1

Penulis dan Pendidik dari Bandung

Menapaki Jalan Terjal

Diperbarui: 15 Juni 2024   12:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - Puisi menapaki jalan terjal (Dok. Pribadi)

Di kaki gunung yang menjulang tinggi,
Jalan terjal menantang untuk dilalui.
Langkah demi langkah, dengan tekad yang kuat,
Kuayunkan kaki, tak gentar diterpa rintangan.

Batu-batu tajam menusuk telapak kaki,
Keringat bercucuran membasahi pipi.
Namun, semangatku tak pernah padam,
Puncak gunung menjadi tujuanku yang utama.

Angin kencang bertiup menerpa,
Mencoba menghambat langkahku yang kian renta.
Namun, aku tak goyah, aku terus melangkah,
Karena aku tahu, puncak kebahagiaan menanti di atas sana.

Semakin tinggi aku mendaki,
Semakin indah pemandangan yang tersaji.
Pemandangan yang tak terlupakan,
Membuat semua rasa lelahku terbayarkan.

Akhirnya, aku pun sampai di puncak,
Perasaan bahagia tak terkira.
Semua rintangan dan rasa lelahku terbayar lunas,
Dengan pemandangan yang begitu indah dan udara yang begitu segar.

Di puncak ini, aku belajar banyak hal,
Tentang arti perjuangan, tentang arti pantang menyerah.
Aku belajar bahwa dengan tekad yang kuat dan kerja keras,
Semua rintangan dapat dilalui dan semua mimpi dapat diraih.

Pesan Puisi:

Puisi ini ingin menyampaikan pesan bahwa dalam hidup kita akan selalu dihadapkan dengan rintangan dan tantangan. Namun, kita tidak boleh mudah menyerah. Kita harus terus berjuang dengan tekad yang kuat dan kerja keras untuk mencapai mimpi kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline