Lihat ke Halaman Asli

Jumari (Djoem)

Obah mamah

Obor Pattimura

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sekedar mengingat sebuah tradisi teman-teman dari Ambon (Maluku). Meskipun kenal hanya sebentar dan sedikit membantu pembuatan karyanya, tetapi konsep cerita yang mengusung karya tradisi sangat terngiang hingga sekarang. Mungkin nama-nama yang saya sebutkan ada kesalahan, jadi bagi teman yang asli Maluku tlong dibenarkan ya, hahag, berharap.com

Obor Pattimura merupakan sebuah tradisi penggambaran perjuangan Thomas Matullesy (Kapiten Pattimura), Pahlawan asli Maluku yang dihukum gantung oleh Belanda. Temanku bilang, Pattimura bukanlah nama orang, tapi sebutan untuk semangat yang dikobarkan oleh Thomas Matullesy. Kenapa dengan OBOR? Obor ini sangat unik pembuatannya. Dipuncak Gunung Saniri serombongan pemuda-pemuda dan ketua adat mengadakan upacara pembuatan obor tersebut. 2 buah ranting kering di gesek-gesekan hingga keluar asap dan terbentuklah api. Luar biasa? hanya dengan ranting kering, bukan bilah batu yang diadu dan memercikkan api. Tetapi ranting yang digesek, kemudian berubah jadi hitam, jadi ada asap dan lama-lama jadi api. Temanku menyebut inilah semangat Pattimura. Setelah itu semua warga yang ikut kepuncak gunung tersebut masing-masing sudah membawa obor. Api hasil gesekan kayu tadi dibagi kepada seluruh warga dan kemudian dibawa kembali menyebrangi laut dan diarak menuju pusat kota.

Saya melihat adanya semangat kebersamaan dan keselarasan bertindak dalam upacara tradisi ini. Seandainya yang gosok ini tidak punya tujuan yang satu yaitu membuat api, pastilah kelelahan dan daya upayanya gagal total. Jiwa yang sama tujuan, niat yang sama tujuan, semangat yang sama tujuan akhirnya berbuah api, dan ketika api sudah jadi maka dikobarkan dan dijalarkan. Artinya dijalarkan adalah dari percikan api tadi berfungsi untuk umum, digunakan demi kemaslahatan bersama. Bukan hanya untuk KEPIN (kepentingan Individu) atau golongan tertentu. Saya rasa semangat seperti ini sudah berkurang dijaman sekarang, yang lazim sekarang adalah semangat untuk meraih keuntungan di balik penderitaan. Api dicipta, setelah jadi api lalu digunakan untuk menanak nasinya sendiri, dan api dipadamkan lagi.

Acara tradisi ini adalah agenda tahunan bagi masyarakat Maluku. Kalau ga salah pengingatanku, sekitar tanggal 15 Mei. Yuk bagi teman-teman berkantong tebal yang ingin menyaksikan acara tradisi inii silahkan datang ya, dan coba untuk mengikuti acara demi acara, berlangsung lama kok kalau ga salah sekitar 24 jam lebih, mungkin.com, capet-capet ngeling-ngelinge.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline