Maaf, Tak Kan Kubiarkan Kau Menyentuh Mainanku
Aku tahu dari pandanganmu
Aku mengerti dan sangat mengerti dari sikapmu
Dan aku pun sangat paham dari cara kamu bicara
Kau tak suka aku bermain dengan senangnya
Tak suka aku melenggang dengan riangnya
Dan
Banyak lagi ketidaksukaanmu akan aku
Tapi maaf...
Bukannya aku tak peka
Tapi memang aku tak peduli
Aku kan bermain dengan senangnya
Aku kan melenggang dengan riangnya
Dan
Aku kan bernyanyi dengan bahagia...
Terserah kamu mau apa...
Mau merasakan apa..
Atau mau berkata apa...
Bagiku yang penting aku tak sampai menyenggolmu
Aku tahu kau memandang sinis maiananku
Kau kesal ingin sekali mengambilnya dariku biar aku sedih, kecewa bila perlu menangis...
Tapi aku tak kan biarkan itu terjadi...
Kau boleh punya niat..
Kau boleh punya taktik
Dan bahkan kau boleh punya kuasa...
Tapi hidupku tak kan pernah di bawah kendalimu ...
Karena aku punya perspektif sendiri
Punya prinsip sendiri
Dan yang utama
Akun punya tanggung jawab
Dan mainanku tak kan bisa kamu sentuh apalagi kau pegang....
Mainanku punya kekuatan sebagaimana kekuatanku
Jadi diamlah dengan kecewamu
Menangislah dengan sedihmu
Dan lelahlah dengan taktikmu
Karena..
Kau tak kan bisa mengalahkanku...
Karena kau tak kan bisa mengambil mainanku.
Kenapa begitu...
Inilah jawabannya...
Kau tak pernah menghargai mainanmu...
Hingga kau tak pernah bisa bermain dengannya dengan senang...
Karena kau sibuk memikirkan mainanku....
Yah...kapan kau bisa bersyukur?
Aku hanya bisa tersenyum...
Sibuklah dan kau akan lelah
Dan akhirnya waktu kan buatmu lunglai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H