Dalam perjalanan hariku
terpana aku akan sebuah lukisan alam yang mengundang rasaku, dan ini kedua kali aku melihatnya...
dia adalah sebongkah batu besar yang perkasa, namun dari kejauhan ku lihat bening air mata mengalir di kulit kerasnya...
Aku pun mendekatinya....
Batu, mengapa kau menangis.
Aku tak tega air matanya mengalir
di sela-sela rerumputan yang tumbuh merapat setia menemaninya.
Kemarin juga ke menemukanmu sedang diam tak banyak biacara
Tambahku memecahkan keheningan.
Jawablah batu...
Mungkin aku bisa membantu.
Namun batu malah menggeleng..
Akhirnya aku pun pergi meninggalkannya sambil menyapa rumput yang menari-nari di atas deritanya.
Entahlah, koq bisa yaa...
Namun aku pun seperti biasa abai akan segala keingintahuan akan hal-hal yang bukan urusanku.
Hari ini aku pun menjumpainya lagi.
Karena semalam malah ku dengar isaknya.
Dan aku percaya, isaknya awal bicaranya.
Aku mendekatinya, melihatnya