Rembulan malam menemaniku di saat sepi membalut jiwa. Cahaya redupnya membawaku ke angan-angan impian akan sosok yang mengagumkan. Melayang asa hasrat menggoda bak alunan nyanyian merdu suara seruling gembala di heningnya sawah yang hanya ditemani suara burung-burung berkicau.
"Maya, ada telepon" sahut mamah dari dalam rumah. Oh iya samar-samar terdenganr bunyi HP ku. Ku bangkit dari lamunanku. Ku ambil Hp dan kulihat tertera nama di layar HP 'Harlan'. Berdegup kencang jantung ini. Hati ini ragu dibuka atau tidak.
Tak sadar tangan ini sudah memencet on dan terdengan suara harlan, "Halo maya. Lagi apa" sapanya. 'A aku lagi nyatai aja" jawabku dengan gugup. Aduh lewat telepon aja ga karuan begini apalagi langsung yaa. Harlan adalah seorang eksekutif muda di perusahaan tempat aku bekerja.
Kita beda devisi. Kata orang sih aku ini cantik dan berprestasi karena sering menjadi duta perusahaan ke luar negeri. Tapi Harlan belum sampai ke sana. Hingga suatu ketika kami dikejutkan oleh prestasinya dengan memenangkan tender dengan perusahaan besar dari timur tengah sejak itu namanya harum mewangi aduh kaya bunga aja yaa he he he.
Kami pun ngobrol di telepon hanya sebentar Harlan hanya menayakan kesiapanku presentasi besok pagi dengan para investor yang mau bekerja sama dengan perusahaan kami. Ini pertama kalinya aku di duetkan dengan dia.
Pagi-pagi aku datang ke kantorku. Sengaja aku mendahului datang dari pada Harlan. Karena aku tidak mau dinilai lamban kearena faktor keterlambatan. Tapi tetap saja keduluan dengan bu jenab, sang office girl yang disisplin dan cekatan. "Pagi, mba maya". sapanya. "Pagi buu" jawabku.
"Mba tadi dicari pa Harlan loh" Lanjutnya. Masyaallah niat hati mendahului dia datang ke kantor ternyata dia sudah sampai duluan. Aku cepat-cepat mempersiapkan segala sesuatunya. Kenapa yaa, aku biasa menghadapi investor-investor selama ini baik dari luar negeri maupun dalam negeri, tapi sekarang koq malah gugup yaa, apa karena ada Harlan.
" Mbak maya ditunggu di ruang direksi" kata pa yanto. "Baik Pa". Aku pun cepat menuju ke sana. Yah ternyata di ruang tersebut sudah ada Harlan, Pa Ridwan, direktur kami, Pa Faisal dan Pa yanto yang berbarengan dengan saya masuk ruanga tersebut. Kami mengadakan brifing sebelum meeting denga para klien.
Brifing berjalan selakitar 45 menit. 'Kami berharap banyak pada kalian berdua" Kata Pak Ridwan. " Baik Pa, kami akan melaksanakan sebaik mungkin" jawabku menunjukkan kesiapan. "Ingat beberapa hal yang telah kita bahas tadi" lanjut beliau. Kami mengangguk tanda mengerti.
Aku masuk ruanganku dan Harlan masuk ke ruangannya. Kenapa bayangannya selalu melintas di benakku. Senyumnya menari-nari di mataku. Yaa Tuhan semoga aku bisa mengendalikan diriku. Siang itu kami pun bertemu dengan para klien, kami mempresentasikan produk-produk unggulan kami. Tak berapa lama deal juga dan Done kami berhasil.
Malam ini aku dan harlan merayakan keberhasilan kami. Kami makan di resto pavoritku, Harlan hanya mengikut saja, Tak disangka humble juga dia. Kami banyak mengobrol, banyak hal yang dibicarakan. Sampai ke hal-hal kecil. Aku tak menyangka ternyata dia lagi tidak punya seseorang yang dekat dengannya.