Lihat ke Halaman Asli

juju juriyah

Penulis sastra dan nonsastra, guru man 3 Cirebon peraih juara menulis tingkat internasional maupun nasional.

Permata 'Kan Selalu Memukau

Diperbarui: 14 November 2022   09:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Surat undangan dari manajerku untuk menghadiri rapat insidential kubaca berkali-kali, penasaran ada apakah, namun dalam hati terdalam terperasaan akan adanya suatu trik dari orang-orang yang merasa tersaingi olehku,  terkelabat bayangan-bayangan  wajah mereka yang selalu menjadi hantu dalam langkah karierku, mengapa tidak, karena mereka selalu mengendap-endap mengintip kemajuan karirku, dan mereka tak jarang membut konspirasi untuk yah sedikit menggoyangku agar aku limbung. Namun selama ini tak berhasil.  Di tahun ini ada pergantian manajer, seperti biasa mereka menyusup masuk  ke birokrasi itu. Dan terjadilah peristiwa yang menghancurkan martabat manusia, Menjilat, cari muka bahkan tak jarang menjatuhkan orang lain agar bisa dilihat terbaik di depan pemimpin. Begitulah Dunia. Ha ha ha. Bu Aisyah sahabatku sesama ketua devisi menghampiriku "Mau datang Bu Salma" tanyanya. "Tentulah Ibuu" Bu Aisyah dan aku selalu saling mendukung. Ibu Aisyah juga sama mengajukan proyek bulan kemarin dan dia lolos.

Tibalah waktu dimana kita para  ketua devisi berkumpul menghadiri undangan rapat. Di saat manjaer membuka sambutan koq hati ini seakan ada rasa aneh tapi yah sudahlah , kudengarkan dengan seksama kata-katanya yang terlontar dari mulutnya yang tegas. Mengalir isinya seakan tak terbantahkan, dan memang sudah menjadi keputusan, mau tak mau pernyataanya kutelan pahit-pahit, dan sudah biasa kujadikan vitamin saja, biar staminaku tak turun meski mendapatkan hal-hal yang seakan menguras pikiran dan tenagaku. Prediksiku benar, mereka mengambil ide-ideku dan  proyekku. "Bu Salma proyek ibu menjadi tanggung jawab saya dan kami semua yang akan melaksananya atas nama perusahaan, dan nanti aku yang akan menunjuk siapa yang akan mnejadi ketua proyeknya". Akhir dari perkataan Pa Manjaer. Aku hanya menangguk mengiyakan. Aku diam. Saat ini detik ini, hati seakan ada di persimpangan jalan. Haruskah bersedih ataukah bahagia. Sisi ini merasakan seperti suasana mendung mendera alam.Dan di sisi yang lain bak berada di pelangi berselancar kesana kemari menikmati indahnya. Namun sisi manusiaku tak mengelak, siapapun kalau merasa tercuri, terugikan pasti hati terkapar meraskan kepedihan. Bagaimana tak bersedih yang selama ini, idekku,karyaku dia ambil. Dia porakporandakan apa yang telah aku bangun. Dia bahagia di atas jerih payah orang lain. Dia bangga akan milik orang lain, dia berdiri gagah di atas pijakan orang lain. Biarlah, aku tak akan palingkan pandanganku ke arah lain. Karena perspektifku dan pola pikirku berbeda denagn mereka, suatu kewajaran kalau apapun banyak yang berbeda. Aku tak bisa mengikutinya, dan dia pun tetap bertahan dengan ide-ide konyolnya. Aku kan melihatnya dengan sorot mataku yang tajam dan bening air mataku. Silakan rayakan kemenangan itu. Dan ingatlah, aku akan baik-baik saja.  Illahi memiliki keadilan yang tak terbantahkan.

Aku melangkah tegap setegap prajurit yang menang dari pertempuran, meski merasa begitu pedih karena harus menjalani perang yang   mengorbankan banyak  kepentingan. Tibalah di ruangan besarku, ku pandangi pegawi-pegawaiku. Mereka masih tetap bekerja dengan semangat. "Bagaimana bu rapatnya", tanya salah satu pegawaiku. Aku tersenyum dan ku berkata " Mari briefing, kumpulkan di aula kecil kita". "Baik Bu", santi menjawab dengan sigap, dia adalah wakilku di divisiku.  Merekapun terkumpul dengan cepat, Rapat pun berjalan dengan seru bahkan ada yang tak terima dengan keputuan manajer. Tapi harus bagaimana inilah yang terjadi. Kita pun langsung melanjutkan diskusi dengan topik yang lain. Topik baru sebagai pengganti proyek lama yang sudah diambilnya dengan paksa. Sekitar 3 jama an kita berdiskusi, akhirnya mencapai kesepakatan dan alkhamdulila proyek baru pun tercipta, dan tentu saja kita harus merencanakannya dengan baik. "Santi besok kalian buat proposalnya, nanti kalau sudah selesai menghadap ibu" kataku pada Santi yang selalu sigap bekerja. Alkhamdulillah saya sll mendapatkan pegawai-pegawai  yang cerdas dan produktif, dan yang paling utama loyalitas. Dan di sisi inilah ku merasakan indahnya seakan pelangi di cakrwala memanggillku untuk bernyanyi. Ku tersenyum  mengiyakan ku sambut uluran tangannya untukku menari dan menikmati anugerah illahi. Aku melanjutkan kata-kataku sebagai penutup dari rapat ini "Yah bagaimana kita harus  bersyukur, betapa ternyata proyek kita, ide kita,  perjuanganku kita tak sia-sia. Meski bukan di atas kibaran bendera divisi kita, tapi tetap berkibar di angkasa. Mengangkat harkat dan martabat perrusahan kita". "Siap Bu, semangat Bu, kita kan terus maju pantang mundur". Pak Ramli memberi semangat buat kita semua untuk selalu siap siaga bekerja dengan baik apapun keadaannya.  Ternyata pegawai-pegawaiku luar biasa hebat. Aku mengingat seutuhnya yaa Illahi, ku yakin bahwa Dirimu tak kan pernah ingkar janji. Ku ingat  bahwa semua yang kita lakukan akan diperhitungkan walau sekecil apapun. Semua pasti terbayarkan tak ada yang sia-sia di dunia ini, tak ada yang terlapas dari pandangan Illahi  Yang Maha Melihat dan Maha Perkasa. Aku dan Santi berjalan bersama menuju pulang. "Semangat Bu, Seperti apa kata seorang penulis bahwa Permata akan selalu Memukau". Ucapnya dengan lantang. Kita pun tersenyum lebar saling memberi semangat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline