Lihat ke Halaman Asli

Juhrina

Mahasiswa

Kerinduan

Diperbarui: 15 November 2024   15:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi-pagi sekali aku sudah keluar rumah untuk pergi ke Toko Bunga. Ku lihat jam ditangan ku masih pukul 07.00 pagi, aku berharap Toko Bunga nya sudah buka. Aku segera menunggu angkot di depan jalan dekat pasar. Tidak berselang lama aku menunggu di depan jalan, angkot pun tiba dan aku memberhentikan nya lalu bergegas menaiki angkot yang kemudian mulai melaju ke arah jalan Andan Sari dimana Toko Bunga yang ingin ku kunjungi berada. Jauh jaraknya hanya sekitar 15 menit jika dari rumah ku. Harap-harap cemas aku di dalam angkot berharap apa yang ingin ku datangi berbuah indah. Setelah hampir tiba sebelum aku meminta stop pada Pak Supir, kulihat dari kejauhan apa yang ku mau. "Wah ternyata buka" sumringah ku berkata di dalam hati. "Pinggir ya Pak" sedikit teriak ku dari dalam angkot kepada Pak Supir agar Pak Supir memberhentikan angkot nya. Turun aku dari dalam angkot dengan senang hati dan ku bayar ongkos ku sebesar Empat Ribu Rupiah.
Tiba lah aku ditempat tujuan. Ku telusuri setiap bunga yang berjejer rapi di depan Toko Bunga tersebut sebagai pemanis toko nya. Ku baca nama yang ada di depan pintu toko dengan diberi nama Toko Bunga Zivana. Entah siapa Zivana itu, ku rasa pemilik tokonya. Ku hirup aroma bunga satu persatu ketika akan memasuki tokonya, ternyata masih wangi dan segar-segar. Ku dorong pintu masuknya dan aku pun berjalan guna memilih bunga yang akan aku beli. Tak berapa lama, ku  dapati bunga berwarna merah sebuket dan ku cium aroma bunga tersebut."Bunga Mawar nya sangat harum" kata ku dalam hati. Ku bawa buket bunga mawar tersebut ke kasir untuk di bayar. "Apakah disini menjual Bunga Rampai kak ?" tanyaku pada seorang wanita yang ku rasa masih seumuran ku yang bertugas menjaga kasir. "ohh ada, mau berapa bungkus yaa kak ?" kata wanita penjaga kasir tersebut. "Satu saja kak" jawab ku. Kemudian wanita penjaga kasir itu menyuruh penjaga toko untuk mengambilkan bunga rampainya. "Toko Bunga nya sudah buka dari pukul berapa yaa kak ?" tanya ku berbasa-basi sambil menunggu Bunga Rampai ku di ambil. "Kalau hari minggu kami buka dari pukul delapan kak, kalau hari biasa begini lebih cepat kak, pukul tujuh sudah buka". Kata penjaga kasir. "Oh begitu yaa kak" kata ku. "Pantas saja aku pernah melewati toko ini pada hati minggu belum buka, karena pada waktu itu masih jam tujuh pagi" gumam ku dalam hati. Tiba lah Bunga Rampai ku di meja kasir. "Ini saja kak" tanya nya pada ku sambil memasukkan bunga yang ku beli ke dalam kantong plastik yang besar. "Iya kak" jawab ku . " Totalnya tiga puluh ribu yaa kak" papar nya."Baiklah" kata ku sembari memberikan uang tiga puluh ribu rupiah ke wanita penjaga kasirnya. "Terimakasih, datang kembali lain waktu kak" kata nya padaku sambil menyerahkan bunga pembelian ku. "Kembali kasih, Insyaallah" Jawab ku.
Aku pun segera meninggalkan Toko Bunga Zivana itu untuk bergegas ke suatu tempat. Berjalan aku sedikit ke sebuah gang dari Toko Bunga tersebut. Tempat nya tak jauh dari Toko Bunga itu sebenarnya. Cuma harusnya kalau dari rumah ku gang itu lebih dulu berjumpa sebelum toko bunga yang ku datangi. Jaraknya lebih kurang 100 meter dari toko bunga itu ke gang nya. Tidak lama berjalan, sampailah aku pada gang yang ku tuju, namanya gang Kubah. Masuk aku ke dalam gang tersebut, ku lihat banyak tanah wakaf dari berbagai keluarga disana. Lama sudah aku tidak kesini semenjak 3 tahun lalu. Sampailah aku pada tanah wakaf H.Taib A Rani yang tertulis di pamflet berdiri tegak di pinggir pasar gang Kubah. Tanah wakaf tersebut milik Ayah Atok ku dari pihak Ayah ku. Ku lepas sepatu ku sebelum aku masuk ke pekarangan kuburan dan tak lupa ku ucapkan salam kepada leluhur-leluhur ku yang telah mendahului ku. Sungguh tak sanggup sebenarnya aku setiap kali mengunjungi Almarhum Atok dan Almarhumah Nenek ku yang telah berpulang ke rahmatullah. Tak bisa ku tahan air mataku setiap kali aku mengunjungi rumah terakhir mereka.
Aku telah lama tinggal dengan Atok dan Nenek ku di rumah mereka. Dari umur ku masih 2 bulan, karena Ayah dan Ibu ku yang sangat sibuk bekerja, sehingga aku harus di titipkan ke mereka. Sayangnya ketika usiaku 5 tahun saat akan masuk TK, Atok ku telah dipanggil Allah duluan. Sehingga aku hanya mengingat kenangan yang sedikit di umur ku yang segitu. Dan nenek ku meninggal di umur ku yang ke 20 tahun, yang dimana ku rasakan hancurnya sebagian dunia ku ketika nenek ku telah tiada. Sebab Nenek yang sangat menyayangi dan mengasihiku lebih dari apapun, karena nenek yang lebih banyak merawat ku sedari bayi. Ku letakkan buket bunga Mawar Merah yang harum di dekat nisan Nenek ku. Dan ku taburkan Bunga Rampai diatas kuburan Nenek dan Atok ku. Tak lupa ku panjatkan doa-doa untuk Arwah mereka. Lama aku berdiam disana untuk melepas rindu ku. Ada sekitar 35 menit lama nya, akhirnya aku memutuskan untuk pergi dari sana dan berpamitan dalam hati pada mereka. "Lain waktu jika aku ada waktu luang, aku akan mengunjungi kalian lagi" Kata ku sebelum akhirnya mulai melangkahkan kaki menjauh dari kuburan mereka.
Keluar aku dari pekarangan kuburan dan memakai sepatu ku kembali. Ketika aku hendak berjalan keluar gang, aku melihat seseorang yang tak asing bagiku dari kejauhan. Seseorang itu berjalan masuk ke dalam gang, sementara aku hendak keluar dari gang. Jadi posisi kami bersebrangan. Ku lihat lebih lekat lagi ketika kami hampir berdekatan. Benar saja, seseorang itu adalah bang fawwaz. Seorang abang kelas ku waktu di SMA dulu. Aku mengenalnya pertama kali saat aku mengikuti organisasi keagamaan di sekolah ku dulu yang bernama  Rohis. Dan bang Fawwaz merupakan ketua Rohis tersebut. Jarak kami hanya terpaut satu tingkat saja, saat aku kelas 10 dan dia kelas 11. Waktu itu aku sangat mengaguminya, dia sangat berwibawa dan pintar. Dia juga sangat Agamawis sekali, jika sedang berbincang-bincang dia selalu mempatokkan pada Agama. Sungguh dia satu-satunya Pria yang ku kagumi saat sekoalah dulu, bahkan dirinya menjadi penyemamgat kedua ku ketika datang ke sekolah selain ingin menuntut ilmu. Tapi semenjak tamat SMA tak pernah lagi ku mendengar kabar dirinya dan tidak melihatnya lagi dimanapun. Bahkan kami masih terbilang satu kampung.
Ketika sudah hampir dekat, ku beranikan diriku untuk menyebrang dan menyapa nya "Assalamu'alaikum bang" Kataku dengan sedikit gemetaran dan deg-deg an. "Wa'alakumsalam" jawabnya sambil menghentikan langkah nya dan memandang ku. Lama dia melihat ku, ku rasa dia ingin mengingat siapa aku. Sebelum aku memulai berkata dan ingin memberitahunya siapa aku, dia pun bersuara. "Kalau Abang tidak salah ingat, kamu Zuhrina ya ?" Tanya nya. "Iya benar bang, abang bang fawwaz kan ?" Jawab ku sambil bertanya. "Iya benar dek" Jawab nya. Tentu saja dia mengingat ku. Berhubung aku sangat aktif di Organisasi Rohis dulu.
Rasanya aku ingin sekali berlama-lama berbincang dengannya. Hitung-hitung melepas rindu karena sudah sekian tahun lamanya semenjak dia tamat SMA kami tidak pernah ber sua. Namun ku urungkan niat ku, karena jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat. Aku harus bergegas pulang untuk bersiap-siap pergi kuliah, karena aku masuk pukul sembilan. Aku takut akan terlambat masuk karena jarak dari rumah ku ke kampus lumayan jauh. Akhirnya dengan rasa sedikit kecewa aku harus berpamitan duluan dengan bang fawwaz. "Maaf bang, saya pamit dulu ya. Karena saya harus segera pulang. Assalamu'alaikum bang" Kataku. "Wa'alaikumsalam, hati-hati ya dek" kata nya. Aku hanya tersenyum saja kepadanya. Walaupun dalam hati aku sedikit kecewa karena tidak bisa berlama-lama berbicara dengan nya. Namun ada rasa senang juga yang tak tergambarkan, karena sudah ada sekitar 4 tahun kami tak berjumpa. Akhirnya semesta mempertemukan lagi di waktu yang tidak di sangka-sangka. Padahal banyak sekali yang ingin ku tanyakan padanya. Namun apa boleh buat, takdir berkata lain. Dalam hati aku hanya bisa berdo'a semoga bisa dipertemukan lagi dengannya suatu hari nanti. Entahlah tidak tau kapan, tapi ku harap dia juga belum memiliki seorang Istri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline