Modernisasi menjadi suatu kata yang sering dituju oleh manusia di era revolusi 4.0 saat ini. Manusia yang hidup dengan fasilitas kecanggihan teknonlogi sering mencari legalitas modern dengan tingkah laku yang berlebihan, sehingga mereka tidak secara sadar bahwa dengan tingkah laku yang mereka perbuat melenceng dari yang dimaksud dengan modernisasi.
Jika melihat dari istilah yang dibuat, kata Modern secara bahasa berasal dari kata latin 'moderna' yang artinya sekarang , baru, atau masa kini. Jadi, ketika milhat asal kata dari modern dapat dikatakan bahwa sebenarnya manusia senantiasa hidup modern senyampang kekinian masih menjadi kesadarannya.
Ironisnya yang dianggap modern adalah mereka yang mecontoh dunia barat, baik dari segi penampilan hingga etika tanpa memfilter mana yang baik dan mana yang buruk.
Sehingga banyak sekali kasus-kasus atau persoalan social yang disadari atau tidak, manusia di zaman ini seakan-akan bangga dengan kasus-kasus atau persoalan social yang mereka buat karena ingin melegalkan dirinya sebagai manusia modern.
Aksin Wijaya yang sering saya panggil Mas Aksin (Pendiri UKPK IAIN Jember) menulis pemikiran Prof Faisal Islamil tentang kritik yang beliau tuju kepada barat dan mendefinisikan ulang istilah modernisasi sesuai dengan ilmu pengetahuan yang beliau peroleh di tingkat local dan internasional salah satunya adalah Departement Of Middle East languages and Cultures, Columbia University, New York dan Institute Of Islamic Studies, McGill University, Montreal, Kanada.
Dalam buku Visi Pluralis-Humanis Islam Faisal Ismail dijelaskan bahwa istilah modernisasi secara simantik dan wacana lebih berorientasi ke masa depan yang lebih baik, sehingga semua orang yang mempunyai harapan ke arah yang lebih baik memilih modernisasi segala bidang kehidupan: social, budaya, sains dan teknologi.
Sedangkan westernisasi sendiri mempunyai pengertian pem-Baratan yaitu mencontoh, mengambil alih mengadaptasi filsafat hidup, pandangan hidup, cara hidup dan nilai-nilai Barat. Sehingga dalam proses westernisasi ini terkandung proses sekularisasi yang memisah cara hidup hal-hal yang duniawi dari hal-hal yang agamawi.
Proses sekuralisasi inilah yang sedang kita jalani dan kita terapkan di dalam kehidupan sebagai wasilah atau jalan untuk memperoleh legalitas formal agar diakui sebagai manusia modern, Padahal itu sangat berbeda dan jauh jika dibndingkan dengan istilah modernisasi yang disebut dalam buku ini.
Hal ini terjadi mungkin karena manusia di era ini lebih dahulu menerima kecanggihan teknologi tanpa memahami akan orientasi hadirnya teknologi tersebut agar difungikan secara maksimal sesuai dengan kadar kemanfaatnnya.
Merebaknya COVID-19 atau yang sering kita dengar dengan nama Virus Corona adalah sebuah refleksi bagi kita agar tidak selelu terbaratkan baik dari segi pergaulan, etika, tradisi dan beberapa hal yang berkaitan dengan kehidupan social. Memang dengan adanya wabah ini semuanya menutup diri secara fisik dengan harapan bisa terhindar dari ancaman COVID-19.
Tapi disisi lain, ini adalah momentum yang tepat untuk bisa instropeksi / bermuhasabah akan tindakan yang telah kita lakukan akhir-akhir ini telah melebihi orang-orang barat serta melunturkan etika kita sebagai warga yang hidup di Negara yang penuh dengan etika dan menjunjung tinggi moralitas manusia.