Lihat ke Halaman Asli

Dilema PKS; Antara Ideologi dan Pragmatisme

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apa yang dijelaskan dalam buku Burhan muhtadi “Dilema PKS” bahwa Kecenderungan PKS menjadi moderat dalam iklim demokrasi, disebabkan hukum yang berlaku dialam demokrasi itu sendiri. proses moderasi yang dialami oleh PKS adalah suatu kewajaran dalam sistem demokrasi. Ada hukum besi demokrasi bahwa partai Islamis sekalipun, kalau masuk dalam alam demokrasi, akan mengalami proses moderasi, akan mengalami postmoderasi. Dan PKS mengalami hal ini.

Seperti yang kita ketahui bahwa PKS merupakan pengembangan dari gerakan Islam yang tumbuh di kampus-kampus. Para penggiatnya berasal dari kaum muda, tinggal di perkotaan, berpendidikan, dan punya pandangan keagamaan yang konservatif. Dan dalam perkembangannya, partai islam tersebut yang sebelumnya bernama Partai Keadilan (PK) yang berganti nama menjadi PKS saat ini mencoba untuk menarik garis dari titik kanan ke titik tengah.

Pergeseran gerakan politik PKS bisa dibaca dari hasil Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) PKS di Medan, 26-30 Maret 2012. Pada saat itu PKS mengusung tema “Bekerja dalam kebinekaan untuk kejayaan bangsa”.

Yang menjadi pertanyaan kita semua tentang pergeseran PKS dari titik kanan ke titik tengah apakah merupakan strategi perjuangan untuk memperluas lahan dakwah ataukah tak lebih dari sikap pragmatisme di elit partai? Tentu pertanyaan tersebut memunculkan sebuah polemik baik dikalangan kader partai yang ada di grass root maupun yang sebagai konstituen yang berbasiskan pemilih islam.

Saat ini, PKS berusaha mencitrakan diri sebagai partai yang terbuka terhadap pluralitas masyarakat indonesia, yaitu sebagai partaielectoralisdibanding partai ideologis. PKS berusaha menjadi partai terbuka dan meraup sebesar-besarnya simpati pemilih tidak hanya mereka yang ideologis. Namun juga masyarakat umum, bahkan yang non muslim sekalipun.

Perubahan tersebut membuat kader-kader dinternal pengurus mengalami sebuah dilema yang berdampak pada perpecahan antara faksi keadilan dan faksi sejahtera. Apabila kondisi ini terus terjadi di PKS, maka mau tidak mau, suka tidak suka, PKS akan ditinggalkan oleh konstituennya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline