Lihat ke Halaman Asli

"Lembata berduka karena tirani penguasa"

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kanisius Leu Pitun [39 thn] Tenaga Kerja Indonesia asal desa Peusawa Kecamatan Omesuri Kabupaten Lembata - NTT harus meregang nyawa setelah kepalanya tertembus timah panas dari senapan angin. Korban ditembak ayah pemilik perkebunan tempat korban bekerja di daerah Maran Negara bagian Pahang Malasyia. Sungguh perbuatan biadab tersebut tidak bisa dimaafkan dengan alasan apapun.

Menurut informasi korban yang sedang memetik buah mangga majikannya itu disangka beruk [ sejenis kera besar] sehingga pelaku melepaskan tembakan ke arah korban hingga tewas ditempat kejadian. Kita berharap bahwa pemerintah Indonesia harus proaktif untuk memastikan proses hukum terhadap pelaku benar-benar ditegakan.

Kisah tentang perlakuan tidak manusiawi sampai berujung pada kematian tenaga kerja indonesia di luar negeri bukan baru pertama kali. Kurangnya perlindungan hukum dan jaminan keamanan bagi TKI mencerminkan buruknya kinerja pemerintah. Padahal kalau pemerintah serius menangani dengan benar maka keberadaan TKI sangat menguntungkan bagi peningkatan ketahanan ekonomi nasional.

Intinya tanpa disadari menjadi alasan utama mengapa warga negara ingin bekerja di negeri orang. Mengapa diantara mereka memilih jalur legal dan ilegal dengan meninggalkan keluarga dan kampung halamannya? Kenyataan ini akan terus berlangsung tanpa ada usaha serius pemerintah. Mereka [TKI] hanya dijadikan tumbal dari penguasa tanpa mau memahami bahwa mereka "terusir" dari negeri yang subur ini hanya karena ketidakmampuan pemerintah menyediakan lapangan kerja, kealpaan pemerintah menjamin hak-hak dasarnya sebagai warga negara sebagaimana amanat konstitusi kita.

Inilah negeri dengan penguasa tiran yang perlu dibangkitkan kembali rasa malunya sebagai bangsa. Rasa malu karena tidak bisa bertanggungjawab terhadap kesejahteraan rakyatnya. Rasa malu yang hilang, karena keserakahan para penguasa dan elit politik yang sibuk berebut kekuasaan, para konglomerat penunggak pajak yang hidup glamour karena memeras keuntungan dari cucuran keringat kaum papa, Aparat hukum yang suka "tawar menawar" kasus  dengan para pelaku kejahatan dan para gembong narkoba serta rasa malu yang hilang akibat kemunafikan kaum cerdik pandai dan agamawan yang diam melihat penderitaan orang-orang yang sengaja "dimiskinkan" oleh negara.

Aku yakin, Tuhan tidak pernah tidur atau berpangku tangan, saat terjadi penindasan dan ketidakadilan di muka bumi ini. Kalau tidak ada kekuasaan Tuhan yang mengendalikan dunia ini, pasti dunia telah hancur dari dulu oleh tangan-tangan tiran yang menindas sesamanya.

Selamat jalan tata (kaka) " Kanisius Leu Pitun" semoga mendapat tempat yang layak disisi-Nya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline