Lihat ke Halaman Asli

Lembata dalam Cermin [15 -10-1999 - 15-10-2012]

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca Lembata adalah membaca pemerintah daerah. Sedang Lembata ibarat manusia yang berkembang dari usia belia, muda, dewasa, hingga tua. Beragam kemungkinan menunggu di masa depan. Entah kelak menjadi daerah kuat dan besar atau masih dalam failing area (daerah tidak berhasil) atau bahkan tersentak dalam failed area (daerah gagal).

Lembata adalah kabupaten dan sekaligus sebuah pulau kecil dalam gugusan pulau-pulau di perairan sekitar Kabupaten Flores Timur, provinsi NTT. Meskipun sudah sejak tahun 1954 masyarakat Lembata berjuang untuk mendapatkan otonomi pemerintahan, namun baru pada 15 Oktober 1999 lalu Lembata resmi menjadi kabupaten baru, terpisah dari kabupaten Flores Timur.

Momentum HUT otonomi ke-13 tahun Lembata merupakan titik yang sangat signifikan melakukan refleksi bangunan kesadaran untuk bersatu, serta

merekatkan elemen-elemen yang berbeda dalam satu naungan  rumah kita bersama bernama Lembata. Kita tidak butuh perayaan yang bersifat gegap gempita, serba wah atau juga serba glamour. Yang kita butuhkan adalah perayaan melihat kembali tapak-tapak perjalanan Kabupaten  ini dalam konteks sejarahnya. Jika diandaikan sebagai manusia, Lembata bukan lagi bayi tetapi hampir masuk ke usia remaja. Sebuah usia dimana kita dianggap sudah mulai bisa menjaga diri dan bertanggungjawab terhadap diri kita.

Sejarah otonomi Lembata sebagai historia adalah sejarah sebagai kejadian yang pernah ada di masa lampau. Sedangkan sejarah sebagai Geschichte maksudnya sejarah menjadi sesuatu yang hidup dan mempengaruhi kita, sejarah sebagai suatu makna yang bisa ditafsir dalam konteks hari ini. Sebagai historia,13 tahun adalah waktu masih relative muda bagi Lembata menapaki sejarahnya. Sudah tentu dalam rentang waktu itu banyak kisah telah direnda, banyak tonggak telah dipancang.

Telah begitu banyak pihak terlibat dan memberi andil dalam tapak-tapak perjalanan daerah ini. Tercatat sudah satu penjabat bupati dan dua bupati memimpin daerah ini. Mereka adalah pelaku sejarah, yang melalui caranya telah menulis sejarah bagi daerah ini. Pieter Boliona Keraf tampil sebagai peletak dasar di awal sebagai pelaksana tugas pemerintah pusat kabupaten ini. Andreas Duli Manuk menggantikan dengan meninggalkan sejumlah aset berharga tetapi bermasalah. Gedung DPRD, gedung bupati lamahora dan rumah dinas pejabat daerah yang belum dimanfaatkan sesuai peruntukannya. Tahun ini, kendali Lembata dipegang Eliaser Yentji Sunur (Yance Sunur).

Banyak harapan dinantikan dari Yance Sunur  yang berduet dengan Viktor Mado Watun yang usia pemerintahannya baru berjalan 1 tahun. Dalam satu tahun ini belum ada prestasi yang telah dilakukan. Banyak dinas belum punya kantor, sementara bupati dan DPRD punya kantor lebih dari satu. Pembangunan fisik lain yang bersentuhan langsung dengan peningkatan pelayanan masyarakat juga nyaris tak terdengar. Dalam satu tahun ini perbaikan ruas jalan atau pembangunan jembatan di yang kondisinya baik hanya di seputaran Lewoleba. Pengesahan RTRW sebagai acuan pokok pembangunan jangka panjang dan berkelanjutan patut kita apresisasi, karena selama lebih dari 10 tahun ditetapkan sebagai daerah otonom, kabupaten lembata masih dibangun tanpa konsep tata ruang. Pembukaan kerja sama rute penyeberangan Lewoleba-Wakatobi dengan Pemerintah Kabupaten juga belum berdampak bagi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Kita berharap apa yang sering disampaikan oleh oleh bupati lembata bahwa pada tahun-tahun awal pemerintahan (2012), Lembata Baru  mengarahkan diri penataan birokrasi, konsolidasi politik dan social dan pemetaan masalah.Tahun 2013 dan 2014 merupakan tahun kerja, Selanjutnya tahun 2015 adalah tahun evaluasi merupakan komitmen politik yang harus dipertanggungjawabkan.

Entahkah 13 tahun usianya setelah mekar dan lepas dari kabupaten induk Flores Timur, rakyat daerah ini telah mereguk banyak manfaatnya? Atau jangan-jangan hasil pembangunan selama 13 tahun lebih besar dinikmati oleh elit politik baik yang di DPRD maupun pemerintah daerah serta kelompoknya? Entahkah ikhtiar, harapan dari pemekaran dulu sudah bergaung dan memberi kemalahatan bagi warga daerah ini? Jangan-jangan pemekaran, pelepasan diri dari Flores Timur dulu adalah sebuah pemekaran yang gagal?

Kita sadar dan paham, gema gaung momentum 13 tahun ini tidak cukup besar. Pemerintah daerah Lembata mencoba menggemakan momentum ini dengan menyelenggarakan berbagai rangkaian kegiatan rutinitas. Kita pandang baik acara ini. Kesempatan Ulang tahun ke-13 ini adalah momentum kita bersama untuk bertanya diri, sejauh mana dan sekuat apa kesadaran akan jati diri sebagai orang Lembata tumbuh dan hidup? Karena melalui pernyataan 7 Maret 1954, para pemimpin, tokoh masyarakat (adat dan agama) dan para pejuang otonomi Lembata telah bersepakat untuk membebaskan rakyat Lembata dari perseteruan “Paji dan Demon”, yakni politik adu domba ciptaan penguasa kolonial, dan membebaskan rakyat dari keterbelakangan, kemelaratan, keterisolasian, kemiskinan dan kebodohan. Jangan-jangan banyak diantara kita lupa kalau kita ini orang Lembata, atau kita lebih kental dan kuat menyadari diri dalam cermin ke-kita-an kita yang sempit. (Ciputat 13 Oktober 2012)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline