Lihat ke Halaman Asli

Jufra Udo

Menulis itu berenergi!

Munas Golkar

Diperbarui: 7 November 2019   02:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Tempo.com

Kini Golkar sedang dihadapkan pada agenda nasional. Yakni Musyawarah Nasional (Munas). Agenda ini bakal digelar pada Desember mendatang.

Merujuk Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga DPP Partai Golkar, ada 560 pemilik suara sah dalam munas. Pemilik suara sah ini ialah 34 Dewan Pimpinan Daerah tingkat I (provinsi), 514 DPD tingkat II (kabupaten/kota), 1 suara DPP, 1 suara Dewan Pembina, dan 10 ormas sayap partai.

Tentu jumlah itu signifikan, seimbang dengan usianya yang terbilang tua. Golkar lahir pada 20 Oktober 1964, ditandai dengan terbentuknya Sekretariat Bersama (Sekber) Golkar. Tentu dengan usia tersebut, maka bisa dipastikan Golkar dinilai telah begitu matang di kancah perpolitikan. Setidaknya, sudah melalui serentatan momentum sejarah kebangsaan.

Sampai sekarang eksistensi Golkar masih senantiasa berkibar. Bukan tidak mungkin, itu bisa jua terancam. Pelbagai resistensi politik selama ini kerap mengguncang tubuh Golkar. Yakni konflik intern. 

Ini bisa jadi ancaman. Berdasar pada kultur organisasi, konflik sulit dihindarkan, terlebih ketika dihadapkan pada berbagai sumbu kepentingan. Tentu saja, hal ini berlaku pada organisasi besar. Contohnya, Golkar.

Bicara soal Munas kali ini, ada beberapa catatan yang penulis suguhkan.

Pertama, Golkar telah melewati banyak etape sejarah di Republik ini. Tentulah banyak hal yang sesungguhnya bisa diilhami sebagai referensi politik yang cukup bisa mematangkan eksistensinya. Munas jangan dijadikan sebagai ajang berebut kepentingan.

Sesungguhnya, Munas merupakan momentum hierarki yang menandakan regenerasi dalam organisasi terus bertumbuh. Ini boleh diartikan, bahwa kaderisasi sedang berjalan, terus berkembang membentuk laboratorium kepemimpinan yang terus terisi.

Kedua, dalam sistem pemerintahan, Golkar sekiranya bisa dijadikan sebagai contoh parpol yang tidak pernah absen dalam kabinet.

Fakta diatas menandakan, bahwa kader-kader sangat dibutuhkan peran-peran strategisnya oleh Republik ini. Artinya, Golkar tidak pernah kekurangan kader. Dan sikap politiknya selalu ditunggu disetiap momentum kebangsaan kita.

Lalu, akankah Munas kedepan eksistensi berkibar? Ataukah ada kemunduran pasca Munas? Sebagai pemerhati, saya kira ini penting dijawab. Sekaligus menjadi tugas kader untuk terus merawat kekokohan Golkar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline