Lihat ke Halaman Asli

Kontroversi Brent Spar: Sebuah Kegagalan Komunikasi Resiko Shell dan Exxon

Diperbarui: 3 Oktober 2017   01:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah penelitian mencoba menjelaskan mengapa pembuangan Brent Spar di perairan lepas pantai menggemparkan dunia internasional. Brent Spar adalah kilang minyak milik perusahaan minyak ternama Shell & Exxon. Penelitian dilakukan dengan menggunakan teori dan gagasan-gagasan tentang komunikasi resiko. Krisis yang dialami pada kasus Brent Spar dapat diasumsikan sebagai contoh klasik komunikasi resiko yang gagal. Peran Greenpeace dan media merupakan alah satu aspek yang disoroti dalam penelitian ini. Peneliti mau mencoba melihat alasan-alasan utama yang membuat Greenpeace berhasil dalam komunikasi resiko, sedangkan pemerintah Inggris gagal.

Sulit untuk mengingat kontroversi lingkungan yang telah mendapat banyak perhatian media seperti ditenggelamkannya tempat penyimpanan minyak Brent Spar di dasar laut Atlantis Utara. Peristiwa kontroversial ini merusak nama baik dan merupakan aib bagi perusahaan besar seperti Shell & Exxon maupun bagi pemerintah Inggris yang disebut-sebut membela atau mendukung tindakan deep sea dumpingini. Pemerintah Inggris bahkan menyebutkan bahwa tindakan yang diambil oleh Shell & Exxon ini sebagai The Best Practicable Environmental Option (BPEO) yang artinya adalah bahwa deep sea dumpingyang dilakukan oleh Shell & Exxon merupakan pilihan terbaik yang dapat dilakukan dan tidak membahayakan lingkungan.

Isu deep sea dumpingini tercium oleh para aktivis Greenpeace. Greenpeace adalah organisasi global independen yang bergerak di bidang kelestarian lingkungan. Keberadaan potensi yang dapat membahayakan lingkungan tentu menjadi masalah bagi Greenpeace. Hal ini membuat Greenpeace melakukan aksi protes melalui campaign.Sejarah kasus Brent Spar bermula pada tahun 1994. Pada saat itu, Shell % Exxon bermasalah dengan pembuangan limbahnya. Kilang tempat penyimpanan minyak mereka yaitu Brent Spar sudah memasuki masa non-operasional dan telah tidak dapat dipakai lagi. Shell & Exxon memiliki beberapa pilihan tindakan yang dapat dilakukan terhadap Brent Spar yaitu sebagai berikut.

  • Membuang Brent Spar ke daratan
  • Menenggelamkan Brent Spar
  • Menguraikan Brent Spar
  • Menenggelamkan Brent Spar ke dasar laut yang sangat dalam

Setelah melalui proses pertimbangan akan segala resiko yang mungkin ditimbulkan, maka pilihan tindakan jatuh pada penenggelaman Brent Spar ke dasar laut yang sangat dalam atau deep sea dumping.Keputusan ini diambil atas dasar pertimbangan biaya dan dampak yang mungkin ditimbulkan terhadap lingkungan (laut). Ada pilihan kedua yang sebenarnya bisa dilakukan, yaitu pembuangan Brent Spar ke daratan, namun pilihan ini dianggap terlalu beresiko bagi para pekerjanya dan dapat membahayakan lingkungan mengingat ukuran Brent Spar yang sangat besar. Namun pilihan kedua ini tidak dilakukan karena Shell & Exxon menganggap bahwa tindakan ini akan membutuhkan biaya yang sangat besar sehingga pilihan jatuh kepada deep sea dumping.Strategi ini pun kemudian diajukan Shell & Exxon kepada Department of Trade and Industry (DTI) dan disetujui.

Protes pun datang dari pihak Greenpeace melalui aksi para aktivisnya yang kemudian datang dan menduduki Brent Spar. Tidak hanya sampai disitu, pihak Greenpeace pun mengirimkan foto-foto kegiatan tersebut kepada media. Tindakan Greenpeace ini membuat Bren Spar menjadi sorotan media sepanjang bulan Mei. Krisis pun terjadi sejak Greenpeace mulai campur tangan dalam kasus ini. Aksi penolakan dilakukan secara gencar, mulai dari menggerakkan politisi untuk ikut menolak aksi Brent Spar hingga menggerakkan masyarakat untuk memboikot gas stationmilik Shell  Exxon. Sebanyak 75% masyarakat menyetujui gagasan untuk memboikot Shell & Exxon ini. Bagaikan gayung bersambut, aksi Greenpeace ini mengundang perhatian dunia internasional sehingga dibahas pada Konferensi Perlindungan Laut Utara di Denmark.

Setelah berbagai kontroversi terkait Brent Spar terjadi, pada akhirnya Shell & Exxon mulai membatasi praktik-praktik yang membahayakan lingkungan dengan berkomitmen melalui campaign bertajuk We Will Change yang dimuat pada kolom iklan koran di Jerman. Greenpeace pun menyetujui dan sangat mendukung komitmen ini.

Jika dilihat dari dampak yang mungkin ditimbulkan, deep ocean disposalatau deep sea dumpingmemiliki dampak yang sangat minim, tetapi mengapa bisa dipermasalahkan dan bahkan mengundang perhatian masyarakat dunia sebesar itu? Hal ini mengundang pertanyaan besar hingga akhirnya dugaan yang kuat menggiring kita pada jawaban bahwa Shell & Exxon menerapkan strategi komunikasi yang salah. Beberapa alasan yang dapat menyebabkan masalah ini adalah sebagai berikut.

  • Peran media yang begitu gencar dalam mengekspos gambar yang diambil dari perspektif Greenpeace. Dari perspektif ini, Greenpeace terkesan sebagai pahlawan yang dapat mengalahkan penjahat lingkungan yang dalam kasus ini adalah Shell & Exxon.
  • Keserakahan Shell & Exxon yang hanya mementingkan keuntungan perusahaan tanpa mempertimbangkan dampaknya. Padahal Shell & Exxon memiliki pilihan tindakan yang lebih ramah lingkungan daripada deep ocean disposalatau deep sea dumping.
  • Shell & Exxon sangat mudah diboikot. Shell & Exxon bukan satu-satunya gas stationyang ada, masih banyak pilihan lain sehingga apabila Shell & Exxon berhenti beroperasi, masyarakat tidak begitu terkena dampak karena masih banyak pilihan gas stationlain yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.
  • Politisi yang terlibat dalam penolakan berasal dari Jerman, Denmark, dan Sweden dimana negara-negara tersebut tidak memiliki kekayaan alam berupa minyak bumi. Hal ini menjadi alasan mereka untuk berani beraksi karena apapun yang terjadi pada Shell tidak akan berdampak pada perekonomian negara mereka. Selain itu, politisi juga memanfaatkan keadaan ini untuk mencari simpati rakyat sehingga mereka dapat dianggap sebagai politisi yang pro environmental.
  • Isu moral terkait merusak kemurnian alam adalah tindakan yang melanggar moral.
  • Shell & Exxon mengalienasi publik dalam artian bahwa publik tidak diajak berdialog dalam rangka pengambilan keputusan terkait masa depan Brent Spar.
  • Shell & Exxon tidak berkonsultasi terlebih dahulu dengan para expert.
  • Media coverage didominasi oleh footage dari pihak Greenpeace
  • Publik cenderung lebih mempercayai organisasi non pemerintah dibandingkan dengan organisasi pemerintahan. Hal ini juga disebabkan oleh Shell & Exxon yang tidak memiliki satu suara dalam menanggapi isu sementara Greenpeace memiliki satu suara yang bulat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline